Judul: Kitchen
Penulis: Yoshimoto Banana
Penerjemah: Ribeka Ota
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun Terbit: April 2021
Jumlah Halaman: 224 halaman; 19 cm
ISBN: 978-623-7351-68-9
GAMBARAN NOVEL
Novel Kitchen karya Yoshimoto Banana
terbagi menjadi dua bab. Pertama Kitchen dan kedua Moonlight Shadow. Tiap bab
mempunyai tokoh utama masing-masing, tetapi punya kesan cerita yang sama.
Kitchen menceritakan tentang wanita
muda bernama Sakurai Mikage yang sedang berduka karena kehilangan keluarga
terakhir yakni neneknya. Ia hanya sebatang kara, orangtuanya meninggal muda
saat Mikage masih kecil, kakeknya meninggal saat Mikage SMP dan terakhir
neneknya. Mikage tidak ada lagi keluarga atau kerabat dekat setelah keluarga
kecilnya pergi meninggalkan selamanya.
Ia hanya diselimuti kesedihan, duka
dan kehilangan di apartemennya yang ia tinggali bersama neneknya. Untuk
menghilangkan rasa duka tersebut, ia melakukan berbagai kegiatan di dalam
apartemen tersebut. Tapi tidak ada yang membuatnya merasa nyaman. Sampai
akhirnya ia melakukan sesuatu kegiatan atau memasak di ‘dapur’, ia merasa lebih
baik dan nyaman. “Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur”.
Cerita awal ‘Kitchen’ berfokus
dengan Mikage dan diikuti dengan Yuichi (juniornya di kampus) menjalani
kehidupan sehari-hari saat diri mereka merasa kehilangan, sedih dan duka
mendalam setelah ditinggal salah satu anggota keluarga mereka satu-satunya.
Cerita ‘Moonlight Shadow’ hampir
sama vibenya dengan ‘Kitchen’. Tapi pada cerita ini mengisahkan Satsuki yang
harus merelakan kekasihnya, Hitoshi tewas kecelakaan mobil. Kebetulan Yumiko,
kekasihnya Hiiragi (adiknya Hitoshi) ada di dalam mobil kakaknya tersebut. Jadi
di cerita ini ada dua tokoh yang merasakan kehilangan, Satsuki yang kehilangan
Hitoshi sebagai kekasihnya, sedangkan Hiiragi yang kehilangan Hitoshi dan
Yumiko sebagai kakak kandung dan kekasihnya sekaligus.
Agar kesedihannya tidak
mengurungnya, Satsuki memutuskan untuk berlari di pagi buta dan ia merasa lebih
baik setelah melakukannya. Sampai suatu hari, ia bertemu seorang perempuan aneh
bernama Urara dan mulai masuk ke kehidupannya.
***
RASA KEHILANGAN DAN DUKA ADALAH HAL YANG WAJAR DAN MANUSIAWI
Novel ini sebenarnya bisa dikatakan
sebagai obat untuk beberapa orang, karena isi cerita yang dituangkan penulis
sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Mungkin diluar sana banyak orang
dalam menghadapi kesedihan dan kehilangan saat ditinggal oleh orang yang mereka
cintai. Hanya saja bagaimana kita mengontrol rasa duka tersebut agar tidak
berlarut-larut dan menjadi beban pikiran, seolah kehilangan itu menjadi sebuah
akhir cerita. Novel ini membuka pikiran kita bahwa kematian adalah bagian dari
kehidupan.
Narasi yang dibawakan oleh penulis
sangat mudah dimengerti, indah dan mengena di hati. Gaya penulisan sangat
ringan, setiap tokoh lampu sorot masing-masing dan ada perannya masing-masing
di setiap cerita. Emosi yang dituangkan pada tokoh-tokoh sangat bisa dirasakan,
seolah kita juga merasakan kesedihan tersebut.
Banyak beberapa kalimat atau
potongan cerita yang membuat pembaca bisa merasakan perasaan si tokoh tersebut.
Misalnya, Mikage yang saat itu sedang menaiki bus dan melihat ada seorang anak
kecil dan neneknya yang duduk bersebelahan, sedangkan ibu dari anak tadi duduk
dibelakang karena kelelahan. Anak kecil tadi mengeluh kenapa busnya lambat,
terus merasa bosan dan jengkel sendiri. Nenek tersebut mencoba menghibur
cucunya dengan melihat awan melalui kaca jendela bus. Yang awalnya cemberut,
sekarang anak tersebut kembali ceria setelah dihibur oleh neneknya. Mikage yang
melihat kejadian itu, merasa iri dan tanpa disadari telah meneteskan air mata
di atas pipinya. Mikage merasakan gejolak emosi di dalam dirinya, ia rindu akan
suasana yang menghangatkan seperti itu.
Dari potongan di atas, kita yang
membaca pun merasakan emosi Mikage, bahkan ikut menitikan air mata. Sebuah cerita
yang simpel dan sederhana, tapi emosi tulisannya bisa dirasakan. Penokohan
dalam novel ini sangat kuat dan meninggalkan kesan yang lekat kepada para
pembaca. Mungkin beberapa orang mengatakan bahwa novel ini terlalu ringan dan
tidak serius. Tapi novel ini bagiku berhasil membuatku mengerti pentingnya
untuk mengungkapkan perasaan yang mengganjal di dalam hati; rasa kesepian,
kesedihan, duka, yang dibiarkan menumpuk
di dalam hati. Perlunya seseorang yang mau mendengarkan curahan hati kita atau
menjadi pendengar baik disaat salah satu teman atau keluarga kita ingin
mencurahkan isi hatinya.
Rasa kehilangan dan duka adalah hal
yang wajar dan manusiawi. Lampiaskan perasaan tersebut dengan melakukan sesuatu
yang kita sukai, misal Mikage lewat memasak, Satsuki dengan berlari pagi dan
aku pribadi dengan membaca buku, mendengarkan musik atau menulis. Setiap orang
punya caranya masing-masing dalam melampiaskan perasaannya.
Sebuah novel heartwarming,
self-healing dan self-improvement yang membuatku pas baca ini jadi
lebih tenang dan menghangatkan hati. Tentu novel ini disarankan untuk dibaca
perlahan-lahan, supaya dapat merasakan emosi-emosi yang dituangkan oleh
Yoshimoto-sensei.
Untuk cover novelnya aku suka.
Dengan latar bergambarkan suasana dapur, warna yang dominan dan simpel. Untuk
novel ini, kertas covernya sedikit berbeda dengan novel-novel terbitan
sebelumnya. Aku gak tau sebutannya apa, teksturnya kertas covernya beda, tapi tetap suka. Oh iya, novel Kitchen
ini aku pesannya pas pre-order jadi ada dapat bonus. Lumayan bonusnya dapat
berguna buat aku.
Terakhir, novel ini aku recommended
kepada pembaca yang pengen bacaan ringan, menenangkan hati, dan juga
mengaduk-aduk emosi dengan pembawaan yang sederhana.
Terima kasih yang sudah membaca
ulasan singkat ini. Terutama yang membaca sampai habis. Mohon maaf kalau ada kata-kata
yang menyinggung dan kurang memuaskan para pembaca.
My rated: 8,7/10
Komentar
Posting Komentar