Judul: Ferris Wheel At Night
Penulis: Minato Kanae
Penerbit: Penerbit Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Tahun Terbit: Cetakan pertama, September 2021
Tebal: 428 halaman ; 19 cm
ISBN: 978-623-7351-80-1
BLURB
Seorang kepala keluarga di sebuah perumahan
elite mati terbunuh.
Sang istri menyerahkan diri ke polisi.
Dengan ayah sebagai korban dan ibu sebagai
tersangka, bagaimana mendefinisikan anak-anak mereka; anak korban pembunuhan
atau anak pembunuh?
Apa peran para tentangga setelah kasus
terjadi?
Lalu, yang terpenting, mengapa ada insiden
seperti ini?
***
GAMBARAN NOVEL
Novel ini berceritakan di sebuah perumahan Bukit
Hibari yang terjadi kasus terbunuhnya kepala keluarga Takahashi yang dikenal
sebagai keluarga yang harmonis dan baik-baik saja di mata tetangga. Yang
membunuh adalah istrinya sendiri. Anak-anaknya pada saat itu tidak ada di rumah
dan tidak ada yang tahu bagaimana kondisi sebenarnya kejadian di rumah itu.
Namun bagaimana nasib para anak-anak keluarga
Takahashi? Dikasihani atau dihakimi? Terus bagaimana peran tetangga dengan
kasus tersebut?
***
AYAKA, MAKNA BIANGLALA, DAN OPEN INTERPRETATION
Pada novel Minato Kanae-sensei sebelumnya
(Confessions dan Penance), kita pembaca merasakan nuansa yang sama ketika
membacanya. Yakni perasaan ‘tidak nyaman’ ketika sedang dan selesai membaca
novelnya. Bagaimana dengan novel Ferris Wheet at Night ini? Dari aku, elemen
atau ciri khas dari Minato Kanae-sensei masih sama pada novel
sebelumnya, hanya saja di novel ini, cerita yang dibawakan cukup membuatku
emosi. Dalam artian, penokohan dan narasi di novel ini berhasil membuat emosiku
naik-turun.
BACA JUGA: Review Novel Penance Karya Minato Kanae
Ditambah lagi, cerita dan tokoh-tokoh di
novel ini sangat relevan di kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan isi blurb-nya,
bagaimana kita menempatkan kondisi anak-anak keluarga Takahashi? Dan bagaimana
peran lingkungan tetangga sekitar setelah terjadi kasus tersebut? Pembaca
diberikan sudut pandang berbeda-beda, mulai dari anak-anak yang menjadi korban,
dan tetangga-tetangga yang menjadi saksi.
Cerita di novel ini terdiri dari beberapa
bab, mulai dari bab keluarga Endo dan bab keluarga Takahashi sebanyak tiga bab
dan diselingi bab khusus Kojima Satoko. Dan di bab akhir penggabungan dari
semua bab sebelumnya. Yang aku suka dari
novel ini adalah keterangan waktu di setiap bab memberikan kerincian dan
kejelasan pada cerita. Misalnya tokoh A pada pukul sekian sedang melakukan
sesuatu, dan tokoh B di waktu yang sama melakukan sesuatu. Sehingga alur yang
dirasakan terasa lambat, maju-mundur dan kita yang membaca bisa memahami setiap
sudut pandang para tokoh.
Inti cerita novel ini tidak pada bagaimana
atau siapa pelaku pembunuhan sebenarnya. Tetapi lebih ke dampak yang terjadi
kepada anak-anak korban. Dikucilkan, dihakimi, bahkan rumahnya ditempeli kertas
dengan tulisan yang tidak pantas. Padahal anak korban tidak ada sangkut pautnya
dengan kasus tersebut.
Makanya ketika aku sedang membaca novel ini,
aku bisa merasakan bagaimana perasaan anak-anak korban, yang membuat mereka
tidak bisa berhubungan sosial atau melakukan aktifitas sehari-hari mereka. Sanksi
sosial yang ditanggung para anak-anak korban membuatku merasa iba dan sedih.
Karena pada dasarnya mereka tidak melakukan apa-apa dan tidak terlibat apapun.
Hanya karena ibu mereka membunuh seseorang, lantas apakah anak-anaknya bisa
disebut pembunuh juga?
Kasus seperti ini atau yang serupa terkadang
relevan di kehidupan kita sehari-hari. Kemudian gambaran para tetangganya juga
sangat menggambarkan tetangga zaman sekarang. Satoko si ibu-ibu yang selalu
kepo dan pengen tau kehidupan orang lain; keluarga Endo, terutama si Ayaka yang
selalu sok tau dan sangat menjengkelkan.
Dari novel ini juga, aku baru tau dengan
istilah ‘tantrum’ yang dilakukan Ayaka. Melihat kelakuan Ayaka dari awal bab
sudah membuatku emosi. Apalagi ketika ia mengatai orangtuanya dengan kalimat ‘goblok’,
sumpah darah di dalam diri rasanya mendidih. Lagi-lagi Minato Kanae-sensei berhasil
membuatku emosi ketika membaca narasi beliau. Dan itu mungkin aja terjadi
dikehidupan nyata.
Yang sempat membuatku agak bingung, ketika
pacarnya si Yoshiyuki, yaitu Akari, yang tidak memberikan dampat pada plot
ceritanya. Padahal bikin jengkel juga si Akari ini, yang egoisnya parah banget,
cuman memiliki hubungan dengan Yoshiyuki. Ternyata setelah ku pahami betul-betul,
ternyata tokoh Akari ini sebagai tokoh yang menjelaskan bagaimana sifat
Yoshiyuki ketika menghadapi sebuah masalah. Begitu juga Takagi Shunsuke sebagai
idol yang sering tampil di televisi dan sering disebut di setiap percakapan.
Awalnya hanya sekadar pelengkap cerita, ternyata Shunsuke merupakan gambaran ideal
para keluarga di novel ini dan berharap anak mereka seperti itu. Semua itu
tersampaikan dengan rapi oleh penulis dan setiap tokoh memenuhi perannya
masing-masing. Lagi-lagi aku dapat pelajaran baru dari novel ini.
Pembangunan cerita dari awal sampai akhir di
novel ini sangat apik. Narasi yang sangat enak dibaca dan tidak membosankan,
karakter tokoh yang unik dan realistis, membuatku bisa menikmati setiap cerita
ditambah lagi dengan keterangan waktu yang membuat cerita menjadi lebih jelas.
Kemudian yang cukup membuatku tegang dan
bergidik ketika membacanya adalah saat Endo Mayu sudah kehabisan kesabaran
menghadapi anaknya Ayaka. Pada adegan itu cukup mengerikan, maksudku ketika
emosi yang tidak bisa terbendung lepas, maka berubahlah menjadi ia ‘orang lain’.
Kojima Satoko yang selalu mempunyai bab
khusus setelah bab keluarga Takahashi dan Endo, walaupun perilakunya yang
menyebalkan, ternyata perannya merupakan peran penting di dalam novel ini.
Ketika membacanya pun juga, aku tidak bisa mengatakan beliau salah ataupun
benar. Ada nilai tersendiri setelah mengetahui semuanya. Begitu juga dengan
keluarga Endo dan Takahashi. Kesaksian para tokoh mulai dari Satoko, keluarga
Endo dan keluarga Takahashi, memberikan kesan tersendiri.
Sampai ketika keluarga Takahashi (Yoshiyuki,
Hinako, Shinji), berdiskusi dan memberikan kesaksian kepada pihak polisi dan
media. Itu cukup membuatku kaget, ternyata itu plot twist-nya.
Penyelesaian konflik atau kasus di novel ini
cukup bijaksana bagiku. Memilih diantara dua yang sama-sama buruk, dan mencari
diantara dua itu yang paling minim dampak kedepannya. Karena kita pembaca tahu
kebenaran sebenarnya yang terjadi, jadi itu meninggalkan perasaan ‘tidak nyaman’
setelah mengetahui bahwa kebenaran itu diputar balik.
Yang agak kurang menurutku di novel ini
mengenai kisah keluarga Endo sih. Maksudnya, setelah kejadian Endo Mayu dan Ayaka,
kemudian Keisuke (suami Mayu) datang, dan memberikan beberapa patah kalimat,
dan seketika masalah keluarga tersebut terselesaikan. Opiniku penyelesaian ini
kayanya terlalu cepat. Apakah karena mereka bertemu satu sama lain dengan
keluarga Takahashi dan Satoko kemudian masalah keluarga Takahashi terselesaikan,
membuat mereka menjadi sadar dan berkaca, terutama si Ayaka. Memang ini pada akhirnya
memberikan interpretasi terbuka kepada pembaca.
Begitu juga dengan endingnya. Mungkin banyak
para pembaca novel ini masih kebingungan mengenai makna dari ‘bianglala’
tersebut. Kalo dari aku, ini sebenarnya penulis membebaskan pembaca untuk
menginterpretasikan maksud dari ending atau ‘bianglala’ tadi. Di novel ini
banyak metafora-metafora yang disisipkan penulis. Misalnya mengenai strata
sosial kelas atas-bawah; bukit hibari dan pesisir.
Kalo menurutku memahami maksud endingnya,
bahwa perlunya sudut pandang yang berbeda ketika melihat sesuatu masalah. Sama
halnya dengan bianglala, ketika di atas kita melihat sesuatu yang berbeda, dan
ketika di bawah juga kita melihat sesuatu yang berbeda juga. Semua itu berputar
seiring waktu dan bagaimana kita bijaksana menggunakan sudut pandang kita.
BACA JUGA: Review Novel Confessions Karya Minato Kanae
Untuk covernya, simpel, elegan, estetik, dan
indah. Salah satu cover novel favoritku, dan dicovernya juga ada beberapa clue
mengenai isi cerita di dalamnya. Hanya saja, aku beli ini pre-order di
patjarmerah yang kebetulan kerja sama dengan penerbit Haru, tapi ada beberapa
noda-noda di halaman-halaman buku dan sangat disayangkan juga ada beberapa
halaman yang terduplikat. Semoga ini menjadi evaluasi pihak penerbit dalam
mencetak sebuah buku-buku kedepannya.
Terakhir, novel ini sangat rekomendasi dari
aku, isi cerita dan semuanya sangat bagus dan mempermainkan emosi pembaca juga.
Di tambah sebagai koleksi novel Minato Kanae-sensei.
My Rated: 9/10
NB: Kalo ada nama-nama tokoh yang salah mohon
di maafkan yaa ^^
***
Komentar
Posting Komentar