Judul: Sebenarnya, Aku Tidak Baik-Baik Saja
Penulis: Geulbaewoo
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: April 2022
Tebal: 170 halaman ; 19 cm
ISBN: 978-623-7351-96-2
BLURB
Aku berpura-pura baik-baik saja
Agar tidak mengecewakan orang-orang disekitarku.
Aku berpura-pura baik-baik saja
Agar tidak menunjukkan sisi lemahku.
Aku berpura-pura baik-baik saja
Agar tidak ditinggal sendirian.
Aku berpura-pura baik-baik saja
Karena tidak ingin menerima kesedihanku.
Buku ini hadir menemanimu untuk mengatasi perasaanmu yang tidak
baik-baik saja selama menjalin hubungan antarmanusia. Semoga kau bisa lebih
memahami perasaan sendiri dan tidak perlu berpura-pura lagi.
***
BUKU HEALING GEULBAEWOO, DAN HARAPAN BUKU INI BAGI PEMBACA
Ini adalah buku kedua Geulbaewoo yang diterjemahkan oleh penerbit
Haru. Tema atau isi bukunya sama seperti buku sebelumnya, yaitu esai-esai
pengembangan diri dan cerita-cerita kehidupan yang banyak dialami setiap manusia.
Setiap judul atau pembahasan pada buku ini banyak memberikan kita wawasan
kehidupan, mulai dari pentingnya komunikasi, hubungan antar manusia, menghargai
diri sendiri, dan lain-lain.
Narasi yang dibawakan penulis membuat pembaca merasa dekat dan
seperti menjadi teman ngobrol atau curhat ketika kita dilanda masalah. Topik
yang dibawakan pada buku ini sangat relate dikehidupan nyata. Beberapa
diantaranya adalah kisah-kisah yang diambil penulis mengenai pengalaman pribadi
seseorang, dan kisah-kisah tersebut menarik dan memberikan nilai-nilai penting
setiap kisahnya.
Mungkin kisah-kisah atau esai-esai yang dibawakan penulis terlihat
sepele dan mungkin sudah sering kita dengar atau baca, tapi disatu sisi
memberikan kesan tersendiri bagi yang membacanya. Terutama pembaca yang sedang
mengalami masalah kehidupan. Membaca buku ini seperti mengeluarkan stres kita,
dan membuat kita ke kondisi yang lebih optimal lagi.
Dari buku ini, bahwa ketika kita sedang tidak baik-baik saja,
penting sekali kita mencari teman berbicara atau teman curhat. Agar kita
sendiri jadi lebih nyaman ketika semua unek-unek dikepala itu dikeluarkan.
Sebaliknya, ketika kita pendam semua beban tersebut di diri kita sendiri, tentu
dampaknya sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental kita
juga ikut terganggu.
Adakalanya kita berpikir bahwa mengakui diri kita sedang tidak
baik-baik saja ke orang lain, takut dianggap lemah, sakit, rapuh, menyedihkan,
dan lain-lain. Mengakui kita sedang ‘sakit’ ke orang terdekat kita itu jauh
lebih penting daripada memendamnya sendirian. Memang ironinya kebanyakan,
ketika cerita bahwa kita sedang ‘sakit’, respon orang-orang – pada umumnya - mengatakan,
‘masa cuman gitu doang depresi’, ‘kebanyakan ngeluh lo’, ‘baru gitu aja ngeluh’,
dan masih banyak lagi respon-respon yang tidak men-support ketika ada
seseorang yang sedang ‘sakit’.
Makanya, tidak heran ketika ada seseorang rela memendam beban
masalah hidupnya sendirian, tidak diceritakan keresahannya atau setidaknya
cerita ke temannya, karena tekanan sosial yang membuat orang takut bakal
memberi luka baru ketika mereka cerita hal tersebut.
Solusinya? Ketika kita dalam kondisi ‘sakit’ tetap sampaikan ke
teman-teman terdekat yang bisa dipercaya atau mungkin saja kita menjadi
pendengar bagi teman kita yang sedang mengalami kondisi ‘sakit’ tersebut. Pokoknya,
ketika kita sedang sakit –entah itu sakit fisik atau mental- jangan ragu untuk
menceritakan atau mengakui keresahan-keresahan yang kita alami ke orang terdekat
kita atau mencari teman bicara yang mau mendengarkan cerita kita.
“Mengakui rasa sakit adalah cara terbaik untuk mengatasi rasa
sakit.” (Hlm. 160)
Keseluruhan buku yang bisa aku ambil, bahwa pentingnya komunikasi,
entah ke antar manusia atau diri sendiri; pentingnya mengenal diri sendiri;
memahami dan menghargai perasaan diri sendiri; dan lebih jujur terhadap perasaan
sendiri. Sebenarnya masih banyak lagi, tapi setidaknya itu yang aku ambil.
Cukup berkesan ketika selesai membaca buku ini.
Setiap judul atau bab pada buku ini secara tidak langsung
mewakilkan perasaan para pembaca bahwa mereka tidak sendiri ketika mengalami
hal itu. Dengan buku ini, aku harap kita semua selalu sadar dan bisa menghargai
perasaan setiap orang yang mengalami masalah-masalah kehidupan. Juga pentingnya
komunikasi dan jujur atas perasaan dirinya sendiri ketika mengalami suatu
tekanan ataupun masalah.
My rated: 8/10
***
Komentar
Posting Komentar