Judul:
Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah
Penulis:
Geulbaewoo
Penerbit:
Penerbit Haru
Penerjemah:
Dewi Ayu Ambar Rani
Tahun
Terbit: Cetakan ke-3, Agustus 2021
Tebal:
250 halaman ; 19 cm
ISBN:
978-623-7351-71-9
BLURB
Dalam
hidup, terkadang kita merasa lelah, tak berdaya, dan merasa bersalah atas
keadaan.
Kita
juga sering merasa belum melakukan yang terbaik, padahal sudah berusaha sebaik
mungkin.
Aku
Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah adalah buku untukmu yang merasa lelah dan
jadi tak memiliki minat terhadap apa pun. Ditulis berdasarkan pengalaman
penulis sendiri, kalimat-kalimat dalam buku ini akan memberimu sedikit
pemikiran yang baik tentang dirimu sendiri.
Semoga
setelah membaca buku ini, kamu yang lelah bisa sedikit beristirahat dan bisa menemukan
hal yang kamu sukai.
***
GAMBARAN
BUKU
Dari
blurb-nya saja aku membaca ada perasaan terwakilkan dan harapan dari
kalimat yang disampaikan di atas. Buku ini adalah buku self-improvement (Pengembangan
Diri) yang sangat cocok bagi kita yang terkadang lelah dengan keadaan hidup.
Entah karena pekerjaan, percintaan, atau permasalah-permasalahan lainnya.
Di
buku ini terdapat tiga bab dengan sub bab yang banyak setiap babnya. Beberapa diantaranya adalah pengalaman
pribadi si penulis yang membuat kita ketika membacanya bisa merasakan bagaimana
perjuangan si penulis dalam menjalani kehidupannya.
Setiap
kalimat yang ditulis di buku ini, membuat pembaca terwakilkan dan merasa bahwa ‘oh aku ternyata
gak sendiri, ternyata orang lain juga merasakan hal yang sama seperti aku’.
Banyak poin-poin penting yang dapat diambil dari buku ini dan menjadi renungan
terhadap diri kita sendiri.
***
CINTAILAH
DIRIMU DAN BERISTIRAHATLAH SEJENAK
Buku
ini merupakan semacam kumpulan esai-esai pendek yang di karang penulis
berdasarkan pengalaman pribadinya. Pembaca seolah-olah di ajak untuk menjadi
teman bicara oleh si penulis dan menjadi teman berbagi rasa. Kalimat-kalimat yang
ditulis pada setiap bab memberikan efek-efek tersendiri ke pembaca. Perasaan relate
dan terwakilkan yang bisa aku gambarkan saat membaca buku ini.
“Menyimpan ucapan adalah yang terbaik. Karena penyesalan terbesar
yang kita miliki adalah mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan.” (Hlm. 147).
“Ketika kau sudah memilih tapi ternyata tidak tepat, kau masih
bisa memilih yang lain. Jangan khawatir.” (Hlm. 88).
“Walau jalan yang kau lalui sepi, dan tak ada orang yang
memperhatikan atau menghargainya bukan berarti jalan yang kau lalui itu salah.
Teruslah berjalan. Saat kau terus berjalan, kau akan bertemu dengan sosok
terbaik dirimu, bukan sosok yang kau benci atau disukai oleh orang lain.” (Hlm. 84).
Heartwarming dan kalimat yang indah membuat pembaca secara tidak langsung
termotivasi dan mulai menghargai diri sendiri ketika membaca esai-esai yang
disampaikan penulis. Ada kalanya kita merasa tertekan oleh berbagai situasi dan
lelah akan hal tersebut. Bahkan lingkungan sekitar terkadang melarang kita
untuk lelah, seolah manusia dituntut untuk selalu kuat dan bugar selamanya.
Melalui
buku ini, bahwa kita sebagai manusia perlu untuk istirahat. Lelah adalah hal
yang wajar dan manusiawi. Memaksakannya hanya akan memperburuk keadaan.
Istirahatlah sebentar, dan pulihkan diri. Ada kalanya kita harus duduk sejenak
dan mengambil secangkir teh sambil membaca buku atau mendengarkan musik.
Jadilah diri sendiri dan beristirahatlah sejenak.
Ingat,
istirahat itu penting. Jangan peduli dengan omongan-omongan orang luar, mereka
tidak di posisi kita. Tolak ukur setiap orang berbeda-beda. Kalau kita tarik
lebih panjang lagi, lelah (secara psikis) ini sangat mempengaruhi kesehatan
mental. Dan ironinya, di tempat kita – Indonesia secara umum – meremehkan hal
tersebut. Mereka mengatakan, “Ah gitu doang depresi”, “Kurang bersyukur lo”,
“Lemah banget dah jadi manusia”, setidaknya ini yang biasanya kita dengar. Mereka hanya tidak tahu apa yang kita rasakan.
Kita
yang merasa tertekan oleh keadaan, lingkungan sosial dan apapun itu, buku ini
bisa menjadi self-healing dan cocok dibaca saat santai. Lelah
adalah hal yang wajar. Kita lebih mengetahui diri kita sendiri. Jangan pernah
terpengaruh oleh asumsi-asumsi orang lain yang tidak berdasar. Cintailah diri
sendiri dan beristirahatlah sejenak.
Di
buku ini juga, penulis membahas permasalahan tentang percintaan. Banyak
poin-poin penting yang disampaikan penulis mengenai percintaan ini. Misalnya
seperti toxic relationship, memaksakan pasangan untuk menuruti keinginan
kita, dan banyak lagi. Simpelnya, bahwa bagaimana kita bisa menghargai perasaan
pasangan kita tanpa harus mengubah orang tersebut. Biarkan dia menjadi dirinya
sendiri, dan begitu juga kita. Memaksakan sesuatu kepada orang lain adalah
perbuatan egois.
Beberapa
bagian di buku ini mungkin terkesan sangat singkat sekali. Rasanya kaya baca
unggahan status seseorang di media sosial. Namun tetap secara keseluruhan, buku
ini banyak memberikan nilai-nilai penting, motivasi, dan memberikan semangat
kembali ketika membacanya.
Terakhir,
tidak ada kata terlambat untuk mencintai diri sendiri. Banyak cobaan dan
masalah-masalah yang membuat kita ingin menyerah. Coba tarik nafas sejenak.
Tenangkan diri dan cobalah istirahat sejenak. Mungkin kita hanya sedang lelah dan
butuh istirahat untuk mengisi ulang kembali kekuatan kita untuk menghadapi
keadaan hidup.
My
Rated: 8/10
***
Komentar
Posting Komentar