Judul: Girls
Penulis: Minato Kanae
Penerjemah: Andry Setiawan
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: November 2022
Tebal: 344 halaman ; 19 cm
ISBN: 978-623-5467-03-0
BLURB
Yuki
menganggap pengakuan itu sekadar episode untuk menyombongkan diri, membuat Yuki
ingin menyaksikan yang lebih hebat lagi dari pengalaman si anak pindahan. Ia
tak hanya ingin melihat mayat, ia ingin menyaksikan proses manusia menyambut
ajal.
Di lain
pihak, Atsuko yang merasa dirinya lemah, mengira akan bisa memperkuat hatinya
jika mampu menyaksikan orang yang sekarat, dan mungkin bisa memperbaiki
persahabatannya dengan Yuki.
Tanpa saling
tahu. Yuki dan Atsuko menjalankan rencana mereka masing-masing demi melihat
kematian yang sempurna. Mereka berlomba-lomba mendahului maut, tetapi tak
mengira bahwa keputusan-keputusan kecil mereka akan memicu reaksi berantai yang
perlahan menjadi tak terkendali...
***
INGIN MELIHAT KEMATIAN, CARA BERPIKIR YANG TIDAK BIASA DAN CERITA YANG BERHUBUNGAN SATU SAMA LAIN
Ini merupakan novel ke-4 Minato Kanae yang sudah
aku baca. Sebuah kebanggaan tersendiri bisa membaca sekaligus mengoleksi novel
beliau, yang ciri khasnya selalu membawakan cerita yang gelap, kelam, dan
meninggalkan perasaan tidak nyaman setelah membacanya (iya-misu). Tidak
heran beliau dijuluki dengan sebutan “Ratu iya-misu”.
Baca juga: Review Novel Ferris Wheel At Night Karya Minato Kanae
Novel ini menceritakan persahabatan dua siswi
SMA, yaitu Yuki dan Atsuko, yang ingin melihat kematian seseorang.
Masing-masing mereka memiliki alasannya tersendiri (seperti yang ada di blurb),
tapi pemicunya sama, yaitu mereka mendengar Shiori pernah melihat sahabatnya
yang mati bunuh diri di bathtub apartemennya. Sepanjang cerita kita akan
mengikuti kegiatan Yuki dan Atsuko yang berusaha mewujudkan keinginan mereka
untuk melihat seseorang yang sekarat atau nyaris mati.
Awal cerita dibuka dengan surat wasiat yang
terkesan abstrak dan tidak jelas maksud dari isi surat tersebut. Tapi surat ini
nantinya akan berkaitan dengan surat wasiat lainnya dibagian akhir cerita.
Dalam novel ini kita diperlihatkan dengan dua sudut pandang, Yuki dan Atsuko.
Perihal sudut pandang, pada awal-awal membaca
aku cukup kesulitan mengikuti pergantian sudut pandang ceritanya. Walaupun ada
tandanya, tapi cukup membuatku kebingungan, dalam arti belum selesai memahami
tokoh si Yuki, ternyata ganti lagi ke tokoh Atsuko dan itu cukup cepat
pergantiannya awal bab. Namun dengan berjalannya cerita, aku jadi terbiasa dan
bisa membedakan sudut pandang tokohnya.
Kemudian alur cerita pada beberapa bagian yang
terkadang membuatku bingung, apakah ini kejadian masa lalu atau masa sekarang.
Tapi diluar itu, seperti biasa aku sangat suka narasi penulis yang bisa
memainkan emosi pembacanya. Aku yang baca pun kadang-kadang ikut kesal dan gak
habis pikir dengan kelakuan para tokoh yang bikin aku, “hah?!”. Kok ada orang
yang cara berpikirnya seperti itu dan terkadang membanggakan dan menyombongkan
hal tersebut. Bikin aku agak ngeri sendiri pas bacanya.
Inilah yang aku suka dari novel-novelnya Minato
Kanae, selalu mengangkat sisi gelap manusia, mungkin lebih tepatnya pada novel
ini cara berpikir para tokoh yang bikin bergidik, liar dan tidak biasa,
terutama Yuki dan Atsuko yang masih anak SMA bisa berpikiran seperti itu. Penulis
memperlihat bagaimana sosok manusia itu pasti ada sisi lain yang jarang
terlihat dikhalayak umum. Ditambah penulis menyampaikan ceritanya yang menarik,
apik dan page turner.
Sikap dan sifatnya Yuki yang terkesan dingin
bahkan tanpa ekspresi, dan Atsuko yang merasa selalu cemas, pesimis, dan
berprasangka buruk, ternyata memiliki masa lalu yang cukup kelam dan gelap. Aku
bisa merasakan bagaimana perasaan Yuki yang menderita menganggap rumahnya
seperti neraka dan ingin mata saja ketika neneknya masih tinggal bersama
keluarganya.
Begitu juga dengan Atsuko yang mengalami
perundungan di situs gelap sekolah, yang akhirnya selalu memandang dirinya
tidak pantas dan tidak bernilai. Ditambah tokoh-tokoh lainnya, yang sedikit
banyak memiliki latar belakang atau alasan yang membuat ceritanya menjadi masuk
akal. Aku suka penulis menarasikan setiap tokohnya memiliki latar belakang atau
penjelasan yang nantinya akan berhubungan dengan inti ceritanya. Walaupun ada
satu tokoh yang bernama Taichi yang berwajah cantik, yang tidak diceritakan secara
jelas siapa anak tersebut.
Peringatan sebelum membaca novel ini, banyak
hal yang menyinggung tentang perundungan atau lebih tepatnya cyberbullying, kecemasan,
bunuh diri, dan unsur agama, yang bisa membuat para pembaca merasa tidak nyaman
ataupun terganggu.
Kemudian, karena tokoh utama novel ini gadis
SMA, bisa terlihat bagaimana labilnya cara berpikir dan emosinya Yuki dan Atsuko.
Aku yang baca terkadang heran, bagaimana bisa mereka melakukan sesuatu tanpa
memperdulikan konsekuensi kedepannya atau mungkin tidak sadar apa yang sudah
mereka perbuat. Padahal permasalahan mereka berdua bisa diselesaikan dengan
komunikasi satu sama lain. Tapi itulah novel, dan penulisnya juga jago
mengembangkan ceritanya.
Membaca novel ini seperti menyusun teka-teki
yang nantinya memiliki hubungan satu sama lain dan terlihat benang merahnya.
Aku suka keterkaitan cerita novel ini, walaupun membingungkan di awalnya, tapi
semuanya terhubung dan menjadi masuk akal ketika memasuki akhir ceritanya.
Semuanya akan terungkap di akhir cerita dan itu cukup membuat aku tercengang
sekaligus terkejut ternyata si tokoh tersebut ada hubungan dengan masalah pada
tokoh lainnya.
Surat wasiat pada awal novel nanti akan
menjadi jelas apa maksudnya dan siapa penulisnya. Sekali lagi aku tidak
menyangka bakal dibawa kearah sana ceritanya. Walaupun akhir cerita novel ini
terkesan mendadak dan tergesa-gesa, cuman aku merasa kebingungan dengan
perasaan aku sendiri ketika membaca akhir ceritanya. Senang sekaligus ngeri,
gak nyaman, dan sekali lagi, tidak habis pikir. Memang ciri khas novel Minato
Kanae, setiap selesai membaca novelnya, perasaan campur aduk pasti membayang.
Baca juga: Review Novel Confession Karya Minato Kanae
Keseluruhan novel ini cukup memberikan rasa
rinduku kepada karyanya Minato Kanae dan sebagai pengkoleksi novel beliau. Walaupun
agak membingungkan di awal, tetap tidak menghilangkan keahlian penulis yang narasinya enak diikuti, page turner, setiap
tokoh dijelaskan dan berhubungan dengan inti cerita, cerita yang terkesan gelap
dan mengangkat sisi manusia yang jarang diketahui orang secara umum, dan
terakhir perasaan setelah membaca novel beliau, selalu meninggalkan bekas dan
perasaan tidak nyaman.
Berharap kedepannya bakal ada lagi
karya-karya Minato Kanae yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia.
My rated: 8,7/10
***
Komentar
Posting Komentar