Judul: Rumah Pohon Kesemek
Penulis: Tsuboi Sakae
Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari
Ilustrasi: Puty Puar
Penerbit: Mai
Tahun Terbit: November 2022
Tebal: 63 halaman ; 19 cm
ISBN: On Progress
BLURB
Di belakang
rumah Fumie dan Yoichi berdirilah sebuah pohon kesemek besar. Pohonnya memukau,
besarnya selebar rentangan lengan anak-anak. Pohon itu menemani keseharian
keluarga Fumie dan Yoichi, menyaksikan setiap kegembiraan juga kesedihan
mereka.
***
CERITA ANAK, POHON KESEMEK, DAN KESEHARIAN KELUARGA FUMIE DAN YOICHI
Membaca cerita anak dengan alurnya yang
ringan cukup menyenangkan dan menghangatkan hati selama membacanya. Premis cerita
dalam buku ini sederhana, tapi penuh akan makna. Ceritanya terbagi jadi empat
bagian. Pembaca diajak berkenalan dengan si kakek yang sangat sayang dengan
pohon kesemeknya, paman Santoro yang jahil, dan juga kakak-adik Fumie dan
Yoichi yang lucu dan menggemaskan.
Ilustrasi yang ditampilkan sangat lucu dan
menggemaskan. Walaupun digambarkan dengan sederhana, tapi justru memberikan
pengalaman membacaku menjadi menyenangkan.
Ini beberapa ilustrasi dalam bukunya:
Aku sangat suka keseharian Fumie dan Yoichi
dan interaksi lucu antar mereka berdua memberikan keseruan tersendiri dan kita
diperlihatkan bagaimana polosnya seorang anak kecil ketika dijahili oleh
pamannya, ditambah narasi penulis yang memberikan pengalaman membaca menjadi
seru.
Melihat sosok Fumie dan Yoichi ini seperti anak
kecil pada umumnya. Aku suka ketika mereka berdua berdebat mengenai adiknya
yang akan lahir, dan itu lucu melihat tingkah laku mereka berdua sebagai
kakak-adik. Aku suka dengan reaksi mereka ketika tahu adiknya sudah lahir.
Entah kenapa aku ikut merasakan kebahagiaan keluarga itu dan ilustrasinya yang
buatku lucu dan ikut gemas dengan bayinya.
Di buku ini juga dilihatkan tradisi Jepang mengenai
bayi yang baru lahir. Bagiku ini lumayan memberikan wawasan baru. Kemudian
dibalik bercandanya si paman ke Yoichi, ada maksud tersendiri yang akhirnya
meluluhkan hati Yoichi karena tahu apa yang sebenarnya terjadi. Disini kita
diperlihatkan bimbangnya Yoichi setelah melihat bagaimana paman dan bibinya
yang selalu membantu dan perhatian setelah lahirnya si adik baru. Interaksi
sederhana dalam keluarga tersebut, sekali lagi sangat menghangatkan hati ketika
membacanya.
Dari pohon kesemek ini banyak hal yang
terjadi dan menjadi saksi hidup dalam keluarga Fumie dan Yoichi. Pohon ini
menyaksikan datangnya kehidupan baru dan kepergian seseorang; menyaksikan
kelahiran dan kematian; menyaksikan kegembiraan dan juga kesedihan mereka.
Meninggalkan banyak kenangan dan menjadi teman hidup bagi keluarga Fumie dan
Yoichi, karena sudah tumbuh menjadi pohon yang kokoh selama itu. Suatu keindahan
bagi sang pohon melihat pemandangan keluarga Fumie dan Yoichi.
Baca juga: Review Novel Semalam Di Kereta Bima Sakti
Hal yang cukup mengganggu dalam buku ini
berupa kesalahan teknis salah ketik. Seperti kesalahan nama Yoichi menjadi
Yoshio. Terus mengenai spasi juga. Tentu ini agak menggaggu selama proses
membaca. Berharap kedepannya pihak penerbit bisa memperbaiki dan lebih teliti
mengenai hal tersebut. Kemudian pada tata letak ilustrasi dan teksnya yang
diambil dari paragraf utama, entah itu memang tujuan para penerbit atau memang
ada alasannya tersendiri. Yang pasti aku ketika membacanya agak
mengulang-ulang, tapi aku tetap menikmatinya kok.
Secara keseluruhan, aku suka dengan buku cerita
anak ini. Membaca cerita anak yang pendek ini sangat menghibur dan memberikan
kehangatan bagiku selama membacanya. Keseharian dan interaksi yang sederhana,
cerita yang ringan, tentu kita juga dilihatkan kesedihan dan kebahagiaan dalam
keluarga Fumie dan Yoichi.
Dengan jumlah halaman yang tidak sampai 100
halaman dan dibaca dengan sekali duduk saja, aku recommended buku cerita
ini. Berharap bisa membaca buku-buku seperti ini kedepannya dan berharap
penerbit Mai bisa menebitkan lagi buku-buku tipis seperti ini.
My rated: 8,5/10
***
Komentar
Posting Komentar