Judul: Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982
Penulis: Cho Nam-Joo
Penerjemah: Iingliana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan ke-12, Juni 2022
Tebal: 192 halaman ; 20 cm
ISBN: 9786020636191
BLURB
Kim Ji-Yeong adalah anak perempuan yang
terlahir dalam keluarga yang mengharapkan anak laki-laki, yang menjadi
bulan-bulanan para guru pria di sekolah, dan yang disalahkan ayahnya ketika ia
diganggu anak laki-laki dalam perjalanan pulang dari sekolah di malam hari.
Kim Ji-Yeong adalah mahasiswi yang tidak
pernah direkomendasikan dosen untuk pekerjaan magang di perusahaan ternama,
karyawan teladan yang tidak pernah mendapat promosi, dan istri yang melepaskan
karier serta kebebasannya demi mengasuh anak.
Kim Ji-Yeong mulai bertingkah aneh.
Kim Ji-Yeong mulai mengalami depresi.
Kim Ji-Yeong adalah sosok manusia yang
memiliki jati dirinya sendiri.
Namun, Kim Ji-Yeong adalah bagian dari semua
perempuan di dunia.
***
KIM JI-YEONG, DISKRIMINASI, SISTEM PATRIARKI, DAN DAMPAK YANG TERJADI
Novel ini terdiri dari 6 bagian. Pada bagian
awal kita diperlihatkan konflik cerita yang terjadi pada Kim Ji-Yeong yang
mengalami depresi. Sosok Ji-Yeong seperti ‘kerasukan’ dan menjadi pribadi lain,
sontak membuat keluarga suaminya terkejut dengan sifat Ji-Yeong yang berubah
itu. Perihal depresi ini masih menjadi misteri dan tanda tanya, apa yang
menjadi pemicu awalnya. Novel ini juga berfokus pada tokoh Ji-Yeong yang
mengalami berbagai hal yang akhirnya terjadi sesuatu pada dirinya.
Pada bab selanjutnya kita dilihatkan kilas
balik kehidupan Ji-Yeong, mulai dari ia lahir, sekolah, kuliah, bekerja, sampai
berkeluarga. Cerita yang dibangun pada bagian awal memang bertujuan memancing
pembaca untuk bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dan semua itu
dijelaskan pada bab selanjutnya dengan melihat kembali masa lalu atau kehidupan
Ji-Yeong yang dulu sampai sekarang.
Aku suka cara penulis membangun dan mengembangkan
ceritanya yang bisa memikat minat pembaca. Penyampaian atau maksud si penulis
tersampaikan dengan baik, walaupun ada beberapa bagian yang terkesan berlebihan
dan juga agak membosankan. Aku juga merasa kesulitan untuk mengingat nama-nama
para tokoh novel ini, mungkin aku kurang terbiasa dengan nama-nama orang Korea
sih kayaknya.
Pada novel ini penulis bisa mengajak pembaca
untuk ikut terlibat di dalam ceritanya dan menebak-nebak apa yang terjadi
dengan Ji-Yeong. Apalagi ketika kita diperlihatkan kehidupan Ji-Yeong waktu
kecil sudah diperlakukan tidak adil dan harus mengalah kepada adiknya karena ia
laki-laki. Kemudian bagaimana neneknya yang memperlakukan cucu laki-lakinya
lebih spesial daripada cucunya yang perempuan. Dari kecil Ji-Yeong sudah
mengalami ketidakadilan dalam keluarganya sendiri.
Pada awal kehidupan Ji-Yeong yang masih
kecil, kita diperlihatkan bagaimana sosok perempuan harus mengalah kepada
laki-laki, karena stigma masyarakat membentuk laki-laki adalah sosok yang
dominan dan superior, sedangkan perempuan adalah sosok yang ‘kedua’ dan
inferior. Ketika Ji-Yeong dirundung oleh anak laki-laki sekelasnya dan melapor
ke gurunya, respon gurunya malah mengatakan anak laki-laki tersebut suka kepada
Ji-yeong dan cari perhatian dengannya. Justru Ji-Yeong harus bisa memahami
perasaan laki-laki tersebut.
Aku gak habis pikir bagaimana cara berpikir
guru tersebut pada era itu, yang sangat menjunjung tinggi martabat anak laki-laki,
sedangkan perempuan dianggap sebagai objek layaknya benda. Aku sedih membacanya
dan betapa malangnya nasib para perempuan – terutama Ji-Yeong – yang mengalami
diskriminasi semuda itu dan tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan mental
Ji-Yeong dan teman perempuan lainnya yang harus tunduk dan tersiksa dengan
stigma masyarakat yang melekat sudah lama.
Kemudian ketika Ji-Yeong diikuti dan diganggu
anak laki-laki ketika dalam perjalanan pulang dari sekolah di malam hari, tentu
kita sebagai pembaca bisa memahami bagaimana keadaan mental Ji-Yeong yang shock
karena ulah anak laki-laki tadi. Tetapi yang terjadi justru Ji-Yeong
dimarahi oleh ayahnya, dan menganggap Ji-Yeong lah yang salah dalam keadaan itu
karena berbagai macam alasan yang terkesan menyudutkan Ji-Yeong.
Belum lagi ketika ia kuliah yang tidak
mendapat rekomendasi dari dosen kampusnya. Yang selalu mendapat rekomendasi
selalu laki-laki, karena laki-laki lebih dapat diandalkan daripada perempuan.
Kemudian ketika bekerja tidak pernah mendapat promosi dan ketika menikah ia
harus melepas karier bekerjanya dan kebebasannya untuk mengasuh anak. Disetiap
perjalanan kehidupan Ji-Yeong, selalu mengalami diskriminasi yang membuatnya
harus tertekan dan merasa terkekang dengan sistem patriarki.
Dengan berbagai macam tekanan dan tuntutan
yang dialami Ji-Yeong agar dianggap ‘normal’ dimata masyarakat, tidak heran
Ji-Yeong mengalami gangguan kesehatan mental berupa depresi dan ini menjawab
penyebab kenapa Ji-Yeong bertingkah aneh pada awal cerita.
Selama mengikuti ceritanya Ji-Yeong, mulai
dari ia kecil, tumbuh menjadi orang dewasa dan berkeluarga, betapa malangnya
dan menyedihkannya kehidupan Ji-Yeong ini. Cukup heart-breaking ketika
membacanya sampai akhir, betapa menderitanya dan tertekannya Ji-Yeong selama
ini. Tokoh Ji-Yeong aku pikir sangat relevan dengan perempuan diluar sana yang
sedikit atau banyaknya sama dengan cerita novel ini.
Dibagian akhir cerita tidak dijelaskan secara
jelas bagaimana keadaan Ji-Yeong, tapi yang pasti, dengan menghadapi semua yang
ia alami dari kecil sampai dewasa, pastilah tidak mudah dan membutuhkan waktu
untuk pulih kembali dari depresi yang ia alami. Melalui novel ini harapannya
agar tidak menganggap perempuan itu lemah dan lebih rendah dari laki-laki.
Setiap manusia memiliki hak dan kedudukan yang setara. Dengan masih adanya
sistem patriarki ini, berharap bisa sama-sama menciptakan suasana dan kondisi
yang nyaman dan tentram.
My rated: 8/10
***
Komentar
Posting Komentar