Judul: The Dead Returns
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: Cetakan ke-12, Februari 2022
Tebal: 248 halaman ; 19 cm
ISBN: 978-602-53858-0-3
BLURB
Suatu malam, aku didorong jatuh dari tebing. Untungnya aku selamat.
Namun, saat aku membuka mataku dan menatap cermin, aku tidak lagi
memandang diriku yang biasa-biasa saja. Tubuhku berganti dengan sosok pemuda
tampan yang tadinya hendak menolongku.
Dengan tubuh baruku, aku bertekad mencari pembunuhku.
Tersangkanya, teman sekelas. Total, 35 orang. Salah satunya adalah
pembunuhku.
***
JIWA YANG TERTUKAR, KESALAHPAHAMAN, DAN PLOT TWIST YANG
TIDAK TERDUGA
Aku suka penulis memberikan ke pembaca untuk merasakan dan meresapi
alur cerita. Pembangunan cerita di bagian prolog pun cukup memberi pertanyaan
dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Tentu, tanpa diragukan lagi, narasi
penulis, Akiyoshi Rikako-sensei, tidak diragukan lagi. Alur, diksi, dan
pembawan cerita yang disampaikan penulis sangat nyaman diikuti dan juga novel
ini sangat page turner. Cukup berapa kali duduk, novel ini gak kerasa
sudah selesai, karena ceritanya yang seru dan unsur suspense-nya bikin
pembaca jadi ikut kebawa kedalam ceritanya.
Alur cerita berfokus pada tokoh Koyama Nobuo yang jiwanya tertukar
dengan orang yang menolongnya, Takahashi Shinji. Jadi sepanjang cerita, kita
dilihatkan Koyama yang mencoba beradaptasi dengan tubuh barunya dan memulai
hidup sebagai Takahashi Shinji yang bertolak belakang dengan karakter Koyama
Nobuo sendiri. Tentu dengan tubuh baru, ia mencoba mencari tahu kebenaran
tersangka pembunuhannya. Latar belakang para tokoh tidak banyak diterangkan di
novel ini, dan alur ceritanya cukup lambat bagiku.
Narasi cerita dan pembawaan penulis memberikan rasa penasaran
kepada pembaca. Apalagi ketika si penulis mulai mengarahkan beberapa tokoh
sebagai tersangka, aku yang baca pun jadi ikut berspekulasi, ‘jangan-jangan ini
pembunuhnya’, ‘atau yang ini pembunuhnya’. Kita pembaca seolah diarahkan atau
digiring oleh penulis untuk ikut terhanyut kedalam konflik cerita dan berasumsi
si tokoh tersebut adalah pembunuhnya.
Isu yang diangkat pada novel ini cukup sensitif, yakni mengenai
perundungan dan kasta sosial. Perundungan pada novel ini sedikit berbeda pada
umumnya, tapi sangat membekas bagi korbannya, yaitu dihiraukan oleh teman
sekelas. Perasaan Koyama ketika dihiraukan oleh teman-temannya, membuatku
membayangkan diposisi Koyama. Bagaimana rasanya dihiraukan atau dianggap tidak
ada, padahal kita ada dan ingin berinteraksi sosial.
“Diabaikan secara tak sadar dan tanpa alasan rasanya lebih
menyakitkan daripada diabaikan karena dibully.” (Hlm. 98)
Begitu juga mengenai kasta sosial. Disini digambarkan ketika
seseorang itu memiliki tampang atau paras yang cantik atau tampan; memiliki
hobi yang disukai banyak orang, maka kehidupan sosialnya lebih berarti daripada
orang yang parasnya pas-pasan. Adanya ketimpangan sosial pada cerita novel ini
memang menggambarkan realita sekarang. Adanya privelege ketika kita
memiliki paras yang tampan dan rupawan. Memang tidak ada yang salah, tapi
akhirnya akan terjadi kecemburuan sosial dan pengkastaan dalam menilai seseorang.
Jujur ketika selesai baca novel ini, ceritanya mirip dengan novel
Burning Heat karya Akiyoshi Rikako juga, dan konflik akhir cerita atau plotnya
pun mirip juga. Makanya, pas plot twist-nya diungkapkan, ternyata selama
ini seperti itu maksudnya. Jujur aku agak kurang tertarik pas tau plot twist-nya seperti itu,
karena ekspektasiku pas baca bakal menentukan siapa pembunuhnya. Mungkin
kalimat yang tepat untuk menggambarkan plot twist pertama ini adalah
kesalahpahaman.
BACA JUGA: Review Novel Burning Heat Akiyoshi Rikako
Namunn...
Bukan Akiyoshi Rikako namanya kalau tidak memberikan plot twist lagi
yang ternyata tidak aku duga dan aku baru sadar pas baca bagian akhir
ceritanya. Sosok perempuan ini bagiku sangat tidak terduga dan tidak kepikiran
juga bakal dibawa kesitu ceritanya. Lebih tepatnya aku terkecoh dengan narasi
penulis dari awal.
Dialog diakhirnya antara Koyama dan sosok perempuan ini cukup membuatku
terenyuh, sedih juga, dan ikut merasakan emosi Koyama. Aku cukup terpukul sih
dengan plot twist kedua ini dan gak nyangka sama twist-nya. Lebih
emosional dan cukup berkesan bagiku.
Kemudian, ada beberapa poin-poin yang kurang dalam novel ini.
Misalnya penjelasan atau latar belakang terjadinya perpindahan jiwa Koyama
Nobuo ke tubuhnya Takahashi Shinji. Sampai akhir cerita, tidak ada dijelaskan,
walaupun ada disinggung, tapi tetap abstrak maksudnya. Apalagi ketika jiwanya
kembali, entah kenapa langsung kembali aja tanpa ada penjelasan ataupun keterangan
kembalinya jiwa tersebut. Masih ada lagi sebenarnya yang aku agak kebingungan
dengan ceritanya. Mungkin akunya yang agak lupa sama isi ceritanya, mwehehe.
Terakhir, novel ini cukup recommended bagiku, terlebih juga
karena pengen ngoleksi karyanya Akiyoshi Rikako. Narasi cerita dan diksi yang
dibawakan penulis sangat nyaman dan page turner. Ditambah lagi jumlah
halaman yang relatif sedikit daripada karya-karya Akiyoshi Rikako yang lainnya.
My rated: 7,8/10
***
Komentar
Posting Komentar