Judul: Goodbye Fairy
Penulis: Yonezawa Honobu
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: April 2020
Tebal: 360 halaman ; 19 cm
ISBN: 978-623-7351-31-3
BLURB
Bulan April 1991, Moriya Michiyuki bertemu
dengan seorang gadis asing di tengah hujan bernama Maya. Maya berasal dari
Yugoslavia dan akhirnya banyak menghabiskan banyak waktu bersama Moriya dan
teman-temannya. Hari-hari mereka dipenuhi dengan misteri-misteri kecil karena
Maya selalu ingin tahu.
“Apa ada makna filosofisnya?” adalah
pertanyaan baku yang selalu Maya ucapkan membuat hal paling kecil pun jadi
misteri.
Akan tetapi, misteri terbesar muncul saat
Maya pulang ke negaranya tanpa sekali pun memberikan secuil kabar. Mengapa Maya
jauh-jauh datang ke Jepang, dan apa yang sebenarnya terjadi setelah dia pulang
ke negaranya?
Ini adalah secuil kisah di balik pecahnya
Yugoslavia pada 1992.
***
KEBUDAYAAN JEPANG, YUGOSLAVIA, DAN CERITA YANG MAU DIBAWA KEMANA
Setelah membaca membaca novel Goodbye Fairy
ini, secara keseluruhan terutama dari penokohan hampir mirip dengan seri Hyouka
yang ditulis oleh penulis yang sama. Maya yang sangat mirip dengan Chitanda Eru
menggambarkan tokoh yang haus akan keingintahuan dan makna filosofis pada
sesuatu hal yang kecil atau sepele. Oke kita bahas satu per satu.
Pada bagian prolog pembaca langsung diberi
cerita mengenai keadaan atau kondisi Maya yang sampai saat itu belum memberi
kabar dan mencari tahu di mana tempat tinggal Maya sebenarnya. Karena saat itu
Yugoslavia dalam masa peperangan antar negara mereka sendiri (selebihnya cek
google aja mengenai sejarah Yugoslavia secara lengkap).
Tachiarai pada prolog ini terkesan sangat
dingin, yang sebenarnya tidak sedingin yang kita kira. Pada bagian prolog ini,
cukup membuatku tertarik dan penasaran dengan kelanjutan ceritanya, apalagi
tema yang diangkat mengenai sejarah dunia kan.
Alur dari novel ini, sangat lambat banget dan
jujur di awal-awal agak membosankan ceritanya. Di novel ini sangat banyak
menyinggung kebudayaan Jepang, istilah-istilah Jepang, filosofis mengenai
budaya Jepang itu sendiri, sejarah Yugoslavia, sampai sosial-politik. Dan ini
yang bisa menutupi kebosananku saat membaca isi ceritanya.
Baca juga: Review Novel Ferris Wheel at Night Karya Minato Kanae
Narasi atau pembawaan penulis pada novel ini
cukup enak diikuti, terutama mengenai penjelasan budaya Jepang, sejarah dan
lain-lainnya, secara tidak langsung memberikan pengetahuan kepada pembaca dan
aku suka itu. Walaupun di satu sisi, agak kesulitan mengikuti kebudayaan Jepang
di novel ini.
Banyaknya istilah malah membuatku terkadang
agak jenuh juga sih, karena kurang familiar sama budayanya. Tapi pertukaran
budaya di novel ini memberikan wawasan kepada pembaca juga. Unsur misteri juga
diselipkan sedikit-sedikit dalam ceritanya dan pas di tengah cerita, misterinya
mulai menarik.
Yang disayangkan di novel ini adalah
penokohannya yang kurang maksimal. Tokoh Maya, Tachiarai, Shirakawa, dan Fumihara,
digambarkan seperti tokoh sampingan dan sekadar pelengkap saja di ceritanya.
Padahal dari tokoh tersebut jalan cerita menjadi berkembang dan lebih hidup.
Penulis lebih banyak memfokuskan pada tokoh utama Moriya, ditambah lagi
menggunakan sudut pandang orang pertama.
Jadi pembaca lebih banyak ditampilkan
perspektif Moriya, yang menurutku kurang menarik. Alangkah baiknya penulis bisa
memberikan lebih banyak lagi perspektif tokoh-tokoh lainnya atau membuat
perspektif Moriya ini jadi lebih menarik lagi.
Kemudian sifat Moriya sebagai tokoh utama di
novel ini, terutama setelah mengetahui latar belakang Maya, terlalu terbawa
perasaan, tidak dewasa dan tidak realistis juga cara pikirnya. Justru yang memberikan kesan tokoh yang dewasa dan
rasional pada novel ini adalah Tachiarai. Misalnya mengenai surat di akhir
cerita. Dari sini terlihat bahwa Tachiarai orang yang bisa berpikir luas tanpa
harus terjebak dan terbawa perasaan.
Kemudian mengenai hubungan Moriya dengan
Tachiarai yang dikatakan akrab dalam ceritanya, entah kenapa chemistry antara
keduanya gak tergambarkan begitu. Mungkin kurangnya latar tokoh membuat hubungan
antar tokoh jadi kurang hidup, menurutku ya.
Yang menjadi poin penting di novel ini adalah
mau dibawa kemana arah atau tujuan ceritanyaaaa. Aku agak bingung pesan atau
tujuan penulis di novel ini. Temanya menarik mengenai Yugoslavia, terus di awal
cerita malah menceritakan keseharian Maya selama dua bulan di Jepang, mengenai
budaya Jepang dan sejarah. Terus di tengah-tengah masuk konflik bahwa
Yugoslavia ada perang, kemudian di akhir diberi plot yang agak bikin kaget dan shock
juga.
Sampai akhir buku, aku cuman bingung maksud
dari novel ini apa? Mengenai pecahnya Yugoslavia? Kalau seperti itu, seharusnya
penulis memberikan lebih banyak lagi konflik atau adegan yang kiranya
menyinggung Yugoslavia tersebut. Entah kenapa jalan ceritanya kayak melebar
kemana-mana, jadi aku sedikit bingung maksud dari novel ini apa. Tentu banyak
hal juga yang aku dapat di novel, terutama mengenai sejarah dan
sosial-politiknya.
Untuk endingnya, aku agak kurang suka. Semua
kebenaran terungkap saat itu dan yang mengetahui kebenaran tersebut hanya
Tachiarai dan Moriya, dan diakhiri di situ juga. Nah, Shirakawa yang selalu
menemani Maya bagaiaman kabarnya? Nggak diberitahu atau bagaimana? Begitu juga
Fumihara. Gak diberi keterangan lanjut bagaimana setelahnya. Makanya tokoh
novel selain Moriya di sini dianggap sebagai pelengkap dan sampingan saja.
Cukup sedih dan mengharukan endingnya. Apalagi
epilognya, aku bisa membayangkan itu dan itu menyayat hati banget sih.
Selebihnya, novel ini bagus karena tema yang diangkat cukup menarik dan banyak pengetahuan
yang dapat kita peroleh di novel ini. Terakhir, bagi yang mau baca novel yang
agak berat dan ada unsur filosofisnya, Goodbye Fairy bisa menjadi bahan bacaan
baru buat teman-teman.
My Rated: 7/10
***
Komentar
Posting Komentar