Judul:
Blue, Painful, and Brittle
Penulis:
Sumino Yoru
Penerbit:
Penerbit Haru
Penerjemah:
Clara Canceriana
Tahun
Terbit: Cetakan pertama, September 2020
Tebal:
364 halaman ; 19 cm
ISBN:
978-623-7351-52-8
BLURB
Aku
bertemu dengan Akiyoshi pada tahun pertama universitas. Dia gadis yang
blakblakan, tidak disukai oleh teman-teman seangkatan, tetapi tulus dan polos.
Idealisme dan antusiasmenya menyeretku untuk membuat sebuah klub rahasia
bernama Moai.
Tiga
tahun berlalu, Akiyoshi yang waktu itu berbincang denganku soal mimpi dan
idealisme sudah tidak ada lagi. Moai menjadi sebuah kebohongan besar Akiyoshi
karena klub itu tak lagi menjunjung tinggi idealisme, bergerak hanya untuk
memuaskan ego para anggotanya.
Misiku
adalah, menghancurkan untuk mengembalikan Moai ke sosoknya yang dulu.
Namun,
bisakah aku melakukannya? Bagaimana caranya?
***
CERITA YANG AGAK MEMBOSANKAN, TEMA YANG BERAT, DAN PROSES DEWASA
Di
awal cerita dari novel ini sebenarnya cukup menarik. Pertemuan awal dan
perkembangan hubungan antara Kaede dengan Akiyoshi memberikan keunikan dan
kontras yang sangat berbeda satu sama lain. Ini membuat karakter antar tokoh
menjadi lebih hidup dan unik juga. Namun, sayang perjalanan cerita novel ini
tidak sesuai dengan harapan yang aku inginkan. Kita bahas satu per satu..
Jujur
dari aku pribadi, novel ini di pertengahan ceritanya sangat MEMBOSANKAN. Proses
saat Kaede (tokoh utama) ingin memulai misinya itu sangat bosan banget. Aku
suka dengan narasi dan gaya penulisan Sumino Yoru-sensei, tapi entah
kenapa di novel ini, terutama di pertengahan cerita, narasi dan cerita yang
disampaikan tidak berkembang dan agak monoton. Dalam artian, ceritanya kaya
mutar disitu-situ aja dan stagnan.
Ditambah
lagi tema atau pembahasan novel ini secara umum lumayan berat, yakni mengenai idealisme.
Makanya aku lumayan lama buat namatin novel ini, mungkin karena terlalu
mendetail atau terlalu banyaknya informasi, yang membuat kesan cerita jadi
membosankan. Padahal tema novel seperti ini menurutku cukup menarik.
Untuk
alur ceritanya maju-mundur dan flashback beberapa kali menceritakan
perjalanan hubungan Kaede dan Akiyoshi yang nanti benang merahnya ketemu
setelah misinya Kaede selesai.
Tokoh-tokoh
di novel ini sangat menggambarkan para mahasiswa yang masih mencari jati diri. Ada
beberapa tokoh yang sebenarnya pas di cerita itu perannya bisa dikatakan
berpengaruh dengan perkembangan cerita kedepannya. Tapi sayangnya tokoh-tokoh
tersebut entah kenapa tidak diberi lampu sorot lagi setelah ceritanya berfokus
ke Kaede dan Akiyoshi. Seolah tokoh tersebut tidak terlalu penting dan dibuang
begitu aja.
Makanya
sekilas aku merasa keberadaan tokoh di novel ini mirip dengan di novel I Saw
The Same Dream Again dengan penulis yang sama. Aku kurang tau apakah ini gaya
tulisannya Sumino Yoru-sensei atau bagaimana, tapi tetap bagi aku itu
agak mengganjal di hati pas baca novelnya. (Untuk review novel Sumino Yoru yang lain bisa bisa cek di blog ini, I Want To Eat Your Pancreas dan I Saw The Same Dream Again).
Pesan
yang disampaikan isi novel ini tersampaikan dengan baik, walaupun pembahasan
atau temanya agak berat. Bahwa pada dasarnya manusia itu dinamis, manusia itu
berkembang untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Untuk menjalankan dan
menerapkan sebuah idealisme, maka perlunya cara atau sesuatu yang kiranya
idealisme tadi bisa diterapkan atau dipraktekan.
Perubahan
sikap, cara berpikir dan perkembangan karakter di novel ini cukup menarik.
Semuanya tergambarkan dengan baik. Karena menggunakan sudut pandang pertama,
kita pembaca diajak untuk mengetahui bagaimana pola pikir Kaede dalam
menghadapi konflik atau masalah. Walaupun di tengah cerita, karakter Kaede
sangat membosankan dan egois. Keegoisannya ini ternyata menjadi plot twist di
akhir-akhir cerita seperti alasan kenapa ia ingin menghancurkan Moai. Dan juga
bumbu romance disini mulai muncul di akhir cerita, walau tidak banyak
sih.
Aku
pikir bakal seperti apa plot-nya, ternyata pada akhirnya si Kaede ini
tidak ingin dihiraukan dan mencoba untuk menarik perhatian, terutama kepada
Akiyoshi. Adegan Kaede yang mulai mencari-cari Akiyoshi karena menyesal telah
berkata sesuatu yang tidak pantas, bagiku cukup menarik.
Setelah
ia mengetahui Akiyoshi secara seutuhnya, saat itu Kaede mulai merasakan keadaan
bersalah dan menyesal. Ia mulai perlahan mengubah diri menjadi lebih baik, dan
inilah pesan yang ingin disampaikan novel ini. Bagaimana proses kita menjadi
dewasa.
Perubahan
yang terjadi pada manusia entah itu sifat, perilaku dan lain sebagainya, pasti
memiliki alasan tersendiri. Terutama berubah ke yang lebih ‘dari diriku
sebelumnya’, dan itu hal yang lumrah. Kita pun tidak bisa memaksakan seseorang
untuk tidak berubah dan harus tetap seperti itu saja selamanya. Tinggal
bagaimana kita bersikap menghargai pendapat dan perasaan pada orang tersebut
yang kita anggap berubah.
Untuk
endingnya menurutku cukup memberikan makna dan kesimpulan dari novel ini. Hanya
saja, seperti yang aku sebut sebelumnya, para tokoh yang ikut terlibat dalam
misinya Kaede atau yang berhubungan dengan itu, tidak diberikan keterangan
lanjut. Alangkah baiknya penulis memberikan spotlight sedikit kepada
para tokoh yang ikut terlibat, agar kesannya tidak terbuang banget.
Untuk
covernya sangat-sangat suka banget. Kombinasi warna biru muda dan putih yang
memberikan kesan dingin bagi pembaca, kemudian tokoh Kaede dan Akiyoshi yang
bersebelahan memberikan kesan romantis sih. Juara lah ini ilustrasi covernya.
Terakhir,
novel ini bisa menjadi koleksi tambahan kamu sebagai pengoleksi novelnya Sumino
Yoru dan menjadi bacaan yang membuat kita merenung mengenai diri kita sendiri.
Salam
penikmat buku....
My
rated: 7/10
***
Komentar
Posting Komentar