Judul: The Devotion Of Suspect X
Penulis: Keigo Higashino
Penerjemah: Faira Ammadea
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan ke-8, Februari 2022
Tebal: 320 halaman ; 20 cm
ISBN: 9786020330525
BLURB
Ketika si mantan suami muncul lagi untuk
memeras Yasuko Hanaoka dan putrinya, keadaan menjadi tak terkendali, hingga si
mantan suami terbujur kaku di lantai apartemen. Yasuko berniat menghubungi
polisi, tetapi mengurungkan niatnya ketika Ishigami, tetangganya, menawarkan
bantuan untuk menyembunyikan mayat itu.
Saat mayat tersebut ditemukan, penyidikan
Detektif Kusanagi mengarah kepada Yasuko. Namun sekuat apa pun insting
detektifnya, alibi wanita itu sulit sekali dipatahkan. Kusanagi berkonsultasi
dengan sahabatnya, Dr. Manabu Yukawa sang Profesor Galileo, yang ternyata teman
kuliah Ishigami.
Diselingi nostalgia masa-masa kuliah, Yukawa
sang pakar fisika beradu kecerdasan dengan Ishigami, sang genius matematika. Ishigami
berjuang melindungi Yasuko dengan berusaha mengakali dan memperdaya Yukawa,
yang baru kali ini menemukan lawan paling cerdas dan bertekad baja.
***
KESETIAN ISHIGAMI, DUO GENIUS SALING BERADU, PLOT
TWIST YANG TIDAK TERDUGA, DAN CERITA YANG MENAKJUBKAN
Ini adalah novel kedua Keigo yang aku baca
dan sebelumnya memang banyak juga melihat di media sosial memberikan
rekomendasi novel ini. Kalimat pertama yang harus aku ucapkan setelah
membacanya, ini salah satu novel misteri terbaik yang pernah aku baca.
Cukup satu hari aja aku membacanya, karena
sangat sangat sangat seru sekali perjalanan ceritanya. Semuanya disampaikan
dengan rapi, jalan cerita yang bikin nagih, narasi cerita yang mengalir, dan banyak
hal lainnya yang akan aku sampaikan satu per satu.
REVIEW INI MENGANDUNG BEBERAPA SPOILER!!
Pada awal cerita kita diperlihatkan keadaan
Yasuko dan putrinya, Misato, yang harus menghindar dan berpindah-pindah tempat
karena mantan suaminya yang selalu datang untuk memeras Yasuko seperti parasit.
Jujur aku sangat kesal dan jengkel dengan kehadiran mantan suaminya yang hanya
datang meminta uang dan mengancam kalau tidak diberi.
Hal yang menarik pada awal cerita novel ini
adalah mengenai sistem patriarki yang kuat. Ketika Yasuko ingin melaporkan
mantan suaminya ke polisi, si mantan suaminya hanya mengatakan yang intinya
polisi tidak peduli dan tidak membantu. Padahal kondisi Yasuko sedang diperas
oleh mantan suaminya.
Seolah suara perempuan itu tidak berharga dan
mewajarkan perilaku mantan suaminya yang biadab itu. Peran perempuan dalam
novel ini entah kenapa kurang diberi lampu sorot oleh penulis yang terkesan
lemah, inferior, dan terkesampingkan. Sebaliknya, novel ini didominasi tokohnya
laki-laki semua. Mungkin melihat tahun novel ini ditulis, mungkin menggambarkan
keadaan masyarakat saat itu yang lebih patriarki.
Pelaku pembunuhan dalam novel ini diketahui
dari awal, yaitu Yasuko dan Misato itu sendiri. Nah disini kita sebagai pembaca
diperlihatkan dilema moral. Kita tau bahwa pembunuhan itu hal yang salah, tapi
melihat kondisi dan keadaan Yasuko, kita justru mendukung pembunuhan tersebut.
Dari sini kita akan diperlihatkan kegeniusan
Ishigami dalam menyusun siasat, menantasipasi segala skenario yang akan datang,
mengarahkan dan mengakali kasus pembunuhan tersebut, serta menggiring dan memperdaya kepolisian ke arah yang salah. Penulis
di novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan berganti-ganti
tokoh, tapi tetap nyaman dan dapat dipahami arah jalan ceritanya.
Di novel ini juga kita diperlihatkan
bagaimana prosedur investigasi yang dilakukan Kusanagi ke para narasumbernya.
Terus terang aku yang baca agak sedikit kesal, kayak ‘memang harus kah
menanyakan hal tersebut’, seperto menanyakan hal-hal yang terlalu personal,
sensitif, bahkan hal-hal kecil, tapi dijelaskan juga bahwa cara tersebut memang
sengaja dilakukan untuk melihat reaksi si narasumber ketika ditanyai hal
tersebut. Setidaknya aku jadi tau begini cara ketika detektif menginvestigasi
narasumber, demi mendapatkan informasi, jawaban, fakta yang kiranya bisa
menjadi barang bukti.
Jalan cerita semakin seru ketika Yukawa ikut
terlibat dan mulai mencari-cari informasi kasus tersebut. Aku suka penulis membuat
teori-teori matematika dan fisika ke dalam cerita detektif ini, dan dibahasakan
dengan cara yang mudah dipahami. Aku sebagai pembaca tidak terbebani membaca
teori tersebut, justru membuat ceritanya menjadi lebih menarik.
Di awal cerita aku berempati dengan keadaan
Yasuko, tapi setelahnya, terutama ketika ia bertemu dengan Kudo, entah kenapa
terkesan sosok Yasuko ini tidak tau diri dan memanfaatkan Ishigami. Maksudku,
ia tau Ishigami ada perasaan dengannya, setidaknya sampai kasus ini selesai,
janganlah menemui Kudo atau paling tidak jangan terlalu akrab dengannya. Dengan
keadaan diujung tanduk, masih sempat aja kencan dengan orang lain. Jujur aku
kurang suka sosok Yasuko disini.
Ini juga terlihat bagaimana respon Misato yang
kurang suka dengan perilaku Yasuko yang mulai dekat dengan Kudo. Seolah tidak
menghargai perjuangan Ishigami. Memang posisi Yasuko ini serba salah, ia juga
ingin bahagia, tapi disatu sisi seperti terkekang karena apa yang ia perbuat sebelumnya.
Kemudian aku suka hubungan Ishigami dan
Yukawa yang menjadi rival satu sama lain karena sama-sama genius. Apalagi mengenai
kasus ini, Yukawa mencoba memecahkan bagaimana jalan pikirnya Ishigami dan
kebenaran apa yang dikehendaki Ishigami. Ditambah Kusanagi menambah ketegangan
dan keseruan cerita, apalagi sempat terjadi konflik dengan Yukawa.
***
Motif awal Ishigami adalah adanya perasaan
suka kepada Yasuko, yang selama perjalanan cerita terkesan creepy, seperti
penguntit yang jatuh cinta. Tapi di akhir-akhir cerita dijelaskan apa alasan
sebenarnya Ishigami rela membantu bahkan berkorban demi Yasuko dan putrinya.
Mungkin lebih tepatnya balas budi Ishigami terhadap Yasuko dan Misato karena
telah ‘memperpanjang hidupnya’.
Oleh karenanya, rasa suka Ishigami terhadap
Yasuko dan Misato, bukan dalam arti romantic, tapi lebih dari itu.
Sesuai dengan judul novelnya, Devotion (Kesetiaan). Mungkin masih agak
kurang dengan kata ‘Kesetiaan’, mungkin lebih tepatnya ‘Pengabdian’ menurutku. Bisa
dilihat dari cover novel, yang menyimbolkan, payung untuk melindungi
seseorang dari hujan walaupun ia harus basah (berkorban).
Jujur ketika diungkapkan motif Ishigami
sebenarnya ini cukup emosional, agak heart-breaking, apalagi catatan
terakhir Ishigami kepada Yasuko. Makanya tidak heran kenapa Yukawa mulai murung
dan sedih ketika mengetahui kemana maksud dan tujuan Ishigami sebenarnya. Pilihan
yang tepat bagi penulis meletakkan penjelasan Ishigami ini di akhir cerita,
yang memberikan kesan yang dalam dan speechless bagi pembaca.
Pengungkapan plot twist disini sangat
tidak terduga, bahkan petunjuknya sudah diperlihatkan di awal-awal cerita.
Melihat sosok Ishigami tersebut ketika dijelaskan semuanya, terkesan ia pribadi
yang mengerikan dan dingin. Seperti yang dikatakan Yukawa, selama itu logis
maka ia rela melakukan hal apapun, bahkan pembunuhan.
Ketika Yukawa ingin menyampaikan sesuatu ke
Yasuko, momen ini aku pikir adalah penentu akhir dari cerita novel ini. Kalau
saja Yukawa tidak menyampaikan ‘kebenaran’ yang diinginkan Ishigami ke Yasuko,
aku pikir cerita akan berakhir biasa-biasa saja. Tapi sebaliknya, ketika ‘kebenaran’
itu disampaikan, dan melihat akhir cerita novel ini, aku hanya terdiam, termenung
dan tidak berkata-kata ketika selesai membacanya.
Akhir cerita ini semakin emosional ketika
Yukawa mengatakan, ‘Jangan sentuh dia..’, ‘Biarkan dia menangis...’, sungguh
aku bisa merasakan bagaimana menderitanya Ishigami, pengorbanan yang selama ini
ia lakukan, dan betapa sakitnya ia harus menghadapi kenyataan itu. Mengikuti
perjalanan cerita Ishigami dari awal sampai akhir, itu memberikan rasa sakit
tersendiri yang mendalam dan membekas ketika selesai membaca novelnya.
Huhuhu....
***
PENJELASAN MISATO YANG MENYAYAT TANGANNYA
SENDIRI
Menjelang akhir cerita Yasuko ditelpon pihak
sekolah mengenai Misato yang mencoba melakukan bunuh diri dengan menyayat
tangan. Kemudian setelah itu tidak ada lagi penjelasan mengapa Misato melakukan
itu. Seolah sengaja digantung.
Nah disini aku ingin menyampaikan beberapa
asumsi mengapa Misato menyayat tangannya:
1. Karena ketakutan, depresi dan merasa bersalah
mengenai perbuatannnya. Ditambah lagi Misato adalah anak SMP, jadi masuk akal keadaan
psikisnya bakal terganggu dan tertekan karena ditanyai oleh pihak polisi, terbayang-bayang
atas perbuatan sebelumnya, dan juga mungkin saja Misato ini menjadi bahan
pembicaraan di sekolah mengenai kedatangan polisi tersebut. Seperti yang kita
ketahui, sanksi sosial dan pengucilan di Jepang itu sangat mengerikan.
2. Ini mirip dengan yang pertama, ia merasa
bersalah ketika mengetahui Ishigami menyerahkan diri ke pihak kepolisian.
Melihat itu mungkin saja membuatnya tertekan seolah melemparkan semua
kesalahannya dan membuat Ishigami menanggung semuanya.
3. Ini mungkin lemah, tapi tidak salahnya
kutulis disini. Misato tidak suka dengan Kudo dan perbuatan Yasuko yang
terkesan tidak tau diri dan tidak menghargai perjuangan Ishigami. Jadi Misato
menggertak Yasuko dengan mencoba bunuh diri, walaupun agak ekstrim sih. Karena
di dalam cerita bisa dilihat bagaimana reaksi Misato kepada Ishigami lebih
terkesan positif daripada Kudo. Tapi kembali lagi, ini asumsi liar dan juga
lemah.
Pada akhirnya mungkin penulis sengaja membuat
penjelasan Misato ini menggantung agar pembaca bisa menafsirkan keadaan Misato
sesuai dengan berjalannya cerita. Untuk aku pribadi lebih memilih asumsi
pertama, karena lebih logis dengan alur cerita. Atau bisa juga asumsi pertama
dan kedua itu digabung. Kembali lagi ke pembaca masing-masing, intinya keadaan
Misato ini terbuka untuk ditafsirkan oleh para pembaca.
Terlalu banyak apa yang harus ditulis dalam
review ini. Novel ini salah satu novel misteri terbaik yang pernah aku baca, highly
recommended dan novel yang wajib di baca. Sangat berkesan, speechless, menakjubkan,
semuanya disampaikan dengan rapi, pengungkapan plot twist-nya tidak
terduga, sangat seru melihat dua genius saling beradu, dan setelah menutup
novel ini membuatku termenung dan tidak habis pikir akan dibawa ke arah itu
oleh si penulis.
My rated: 10/10
***
Komentar
Posting Komentar