Judul:
7 Tastes Of Love
Penulis:
Toko Koyanaga
Penerjemah:
Clara Canceriana
Penerbit:
BACA
Tahun
Terbit: Desember 2021
Tebal:
349 halaman
ISBN:
978-602-6486-65-3
BLURB
Bagi Kiriko, dapur merupakan tempat favorit
yang selalu menghangatkannya akan sosok nenek. Sayangnya, dapur menjadi tempat
terlarang di kondominium mewah milik keluarga suaminya, Keiichi. Di apartemen
itu, Kiriko harus puas dengan berbagai hidangan yang disiapkan suaminya. Meski
begitu, Kiriko merindukan masakan sederhana yang dibuat dengan penuh rasa
cinta.
Diam-diam, Kiriko bekerja sebagai staf dapur
di sebuah panti untuk lansia, tempat yang juga memberi suaka bagi dirinya yang
tidak bisa memperlihatkan wajahnya. Kiriko selalu merasa paras yang
dianugerahkan kepadanya sejak lahir telah membuat hidupnya menderita, sehingga
ia pun menarik diri dari pergaulan dan menyembunyikan wajahnya di balik masker
dan kacamata.
Namun, pertemuannya dengan salah satu
penghuni panti paling nyentrik bernama Sajita-san, mengubah hidupnya.
Sajita-san mengenalkannya pada izakaya Yabu Hebi, tempat yang
menghidangkan sajian yang menghangatkan hatinya.
***
PERJALANAN HIDUP KIRIKO, MASAKAN JEPANG, CERITA YANG PADAT DAN MENGHANGATKAN HATI
“Hanya ada
satu tempat istimewa yang akan membuatmu menikmati sebuah rasa istimewa. Kau
menikmatinya bukan dengan hidung, ataupun mata. Bukan pula dengna tangan dan
lidahmu, tetapi selain itu. Rasanya seperti sebuah teka-teki.”
REVIEW INI MENGANDUNG BEBERAPA SPOILER!!
Aku pikir novel ini hanya sekadar cerita
tentang makanan atau orang yang suka makan doang. Ternyata setelah membacanya,
jujur isi ceritanya diluar ekspektasi aku sih. Temanya memang makanan tapi
bukan cerita ringan yang seperti terlihat dari judul –7 Tastes of Love dan
covernya, tapi lebih dari itu.
Kisah yang diangkat punya arti yang dalam, mulai
dari konflik batin tokoh utama mengenai ‘wajahnya’ dan kenangan masa lalu,
kesehatan mental, persahabatan, hubungan suami istri yang tidak sehat (kekerasan
emosional), dan cinta yang hangat.
Novel ini menceritakan Kiriko yang selalu
mengenakan masker dan kacamata, bahkan saat bekerja. Ia tidak ingin
memperlihatkan wajahnya pada siapapun karena suatu alasan. Apa itu? Alasan
Kiriko ini yang nantinya menjadi titik utama dari cerita novel ini.
Pada awal cerita, kesan ceritanya terasa
lebih ke murung, malang, tapi perlahan dengan berjalannya cerita berkembang
menjadi lebih ceria dan heart-warming. Aku suka bagaimana penulis
mengembangkan ceritanya dari awal secara perlahan-lahan yang memberi perasaan
terpuaskan untukku ketika mengikuti ceritanya.
Penulis juga cukup detail mendeskripsikan
dalam menggambarkan makanan-makanan yang dimasak oleh tokoh-tokoh yang sebagian
besar menjadi cerita dalam novel ini. Walaupun aku kurang familier dengan
makanan dan masakan Jepang –hanya beberapa aja yang tau, setidaknya aku bisa
membayangkan bentuk makanan yang dideskripsikan penulis.
Mengikuti perjalanan Kiriko di novel ini, aku
merasa ikut bersedih dan betapa malang nasibnya harus menjalani hidup seperti
itu. Masa lalu yang menyakitkan ditambah memiliki suami –Keiichi, yang sangat
bikin gedek dan kesal sendiri pas bacanya. Melarang memakai dapur, harus
mengenakan pakaian sesuai perintahnya, pokoknya harus sesuai kemauannya.
Seolah menganggap Kiriko seperti barang atau
objek yang harus patuh padanya dan tidak boleh melawan. Harus hidup penuh
kebohongan seperti terpenjara, itu cukup perih untukku ketika membacanya.
Seperti yang dikatakan Mugi-chan, apa yang dilakukan Keiichi adalah kekerasan
emosional kepada Kiriko.
“Apa yang suami Kiri-chan lakukan jelas itu
adalah kekerasan emosional. Bukan.... lebih ke cuci otak, ya.” (Hlm. 149)
Konflik rumah tangga ini akhirnya membuat Kiriko
memilih berpisah dengan Keiichi karena sudah tidak tahan lagi diperlakukan
seperti itu.
Persis seperti salju yang semakin menumpuk di
atas atap rumah, ya. Semua kemarahan yang selalu dikumpulkan dalam keheningan,
ketika sudah disimpan sampai batasannya, maka akan seperti longsor ketika
menumpahkannya dalam sekali waktu.” (Hlm. 109)
Namun, sikap menyebalkannya Keiichi ini
setelah berjalannya cerita akhirnya terjelaskan kenapa ia bersikap seperti itu.
Bisa dilihat bagaimana gaya hidup keluarga Keiichi –terutama ibu dan kakaknya,
yang menjunjung tinggi status sosial. Kemudian Keiichi dihadapan keluarganya sendiri
terkesan direndahkan karena pekerjaannya hanya seorang pustakawan, yang dari
situ aku bisa mengerti bagaimana perasaan Keiichi yang penuh tekanan oleh
keluarganya dan ketakutan kalau Kiriko akan memandang rendah dirinya.
Aku suka bagaimana penulis memberi kesempatan
kepada pembaca untuk bisa merasakan perasaan ke para tokoh dan berempati dalam
novel ini. Narasi yang sangat enak diikuti, bikin aku sebagai pembaca merasa
betah dengan jalan ceritanya. Kemudian semuanya itu disampaikan dengan baik,
walaupun ada beberapa dialog atau interaksi di dalamnya yang bikin aku agak
bingung sendiri.
Kemudian banyak footnote sebagai
penjelas mengenai makanan dan masakan di dalam novel ini. Karena kurang tau dan
kurang referensi mengenai makanan Jepang, jadi makanan-makanan yang disebutkan
dalam novel ini tidak terlalu menggugah rasa lapar ku selama membacanya.
Aku suka perkembangan karakter Kiriko yang
perlahan mulai berani menjadi dirinya sendiri. Tentu Kiriko bisa membuka
dirinya karena berkat Sajita-san, yang menurutku berperan penting dalam perkembangan
karakter Kiriko. Semua itu dimulai dari Sajita-san yang memasakkan sesuatu
kepada Kiriko yang ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi Kiriko.
Perkembangan hubungan antara Kiriko dan
Sajita-san dalam novel ini sangat menarik dan dibangun dengan baik oleh
penulis. Sehingga perlahan Kiriko mulai berteman dengan Sumida-kun, Mugi-chan, Yabu-san,
Shotaro, Harue-san. Kisah orang-orang sekitar Kiriko dalam novel ini membuat
perjalanan hidup Kiriko lebih bermakna dan berkesan. Tentu itu disampaikan oleh
penulis dengan bahasa dan narasi yang nyaman.
Kemudian aku tidak menyangka bahwa
persahabatan antara Kiriko dan Sajita-san perlahan berubah menjadi romansa. Yang
artinya Kiriko mulai ada perasaan kepada Sajita-san. Ini hal yang sangat tidak
terduga sih dan tidak menyangka penulisnya bakal akan membawa ke arah itu.
Aku pikir sebelumnya bahwa sukanya Kiriko ini
hanya sekadar kagum dan hormat. Ternyata malah suka dalam arti jatuh cinta
dong. Mungkin karena Sajita-san yang selalu membantu Kiriko, terutama mengenai
suaminya –Keiichi, itu membuat hati Kiriko tergerak dan mulai ada perasaan
kepada Sajita-san. Walaupun itu terpaut jarak umur yang jauh.
Aku yang baca pun senyum-senyum sendiri,
ketawa dan senang juga melihat ketika orang-orang sekitar Kiriko berkumpul di izakaya,
dan mulai memanas-manasi hubungan Kiriko dan Sajita-san. Sebuah cerita yang
menghangatkan hati dan sangat berkesan. Aku sangat enjoy dengan isi
ceritanya dan sangat puas.
Terlalu banyak apa yang harus ditulis karena
novel ini sangat seru ceritanya, padat, dan menghangatkan hati. Aku sangat suka
dengan novelnya, sangat berkesan, menarik –terutama mengenai hubungan Kiriko
dan Sajita-san, perkembangan cerita yang perlahan, pokoknya novel ini bagus,
indah, menyenangkan dan memuaskan. Chef kiss....
My rated: 9/10
***
Komentar
Posting Komentar