Judul: Henderson Si Raja Hujan
Penulis: Saul Bellow
Penerbit: Basabasi
Penerjemah: Hari Taqwan Santoso
Tahun Terbit: Agustus 2019
Tebal: 496 halaman ; 14 x 20 cm
ISBN: 978-623-7290-16-2
BLURB
Eugene Henderson adalah pria paruh baya yang bermasalah. Terlepas
dari kekayaanya, status sosialnya yang tinggi, dan kehebatan fisiknya, ia
merasa gelisah dan memiliki kekosongan spiritual. Berharap menemukan cara untuk
mengatasi kekosongan tersebut, Henderson melakukan sebuah perjalanan menuju
Afrika. Segala kegemilangan yang dimilikinya membuat ia segera mendapatkan
tempat dalam sebuah suku di Afrika. Akan tetapi, anugerah terbesan yang
dimilikinya adalah kemampuannya membuat hujan, yang mengubahnya dari hanya sekadar
pahlawan menjadi seorang messiah.
***
TOKOH HENDERSON YANG MENJENGKELKAN, ADAT-BUDAYA AFRIKA, DAN MAKSUD CERITA NOVEL INI
Alur cerita novel ini berfokus pada tokoh utamanya, yaitu
Henderson. Pada awal cerita sampai seperempat buku, menceritakan kehidupan
Henderson sebelum berangkat ke Afrika. Kita pembaca diperlihatkan bagaimana
karakter Henderson yang digambarkan kasar, pemarah, keras kepala, egois, dan
banyak lagi sifat-sifat buruk yang tertempel pada diri Henderson. Jujur aku
sendiri saat baca agak jengkel dan kesal dengan tokoh Henderson ini. Apalagi
karena alur ceritanya berfokus pada Henderson, kita pembaca secara tidak langsung
mengikuti dan mencoba memahami isi kepala si Henderson, yang membuatku
terkadang jadi kesal sendiri.
Cerita yang dibawakan penulis cukup seru diikuti, tapi aku kurang
terbiasa dengan narasi dan gaya
kepenulisannya. Menurutku, unsur atau gaya sastra yang dibawa penulis membuat
aku sebagai pembaca awam kesulitan memahami maksud dari kalimat-kalimat atau
dialog-dialog pada isi ceritanya. Banyak kalimat konotasi yang dimasukkan
penulis pada isi ceritanya, tapi karena pembawaan dan latar budaya yang berbeda,
membuat aku sendiri perlu waktu atau jeda untuk memahami apa yang dimaksudkan
penulis.
Selama membaca, yang aku suka pada novel ini adalah petualangan dan
persahabatan Henderson dengan tokoh yang ia kenal saat tiba di desa Afrika.
Banyak nilai adat dan budaya kesukuan yang digambarkan penulis ketika Henderson
menjadi tamu disana. Pembaca dikenalkan kegiatan-kegiatan, adat budaya sekitar,
nilai luhur dan norma yang mempengaruhi masyarakat setempat, dan banyak lagi.
Tokoh Romiloyu sebagai pemandu jalan dan sebagai sahabat Henderson,
aku suka dengan perkembangan hubungan persahabatan mereka. Perpaduan antara
Henderson yang orangnya pemikir dan juga keras kepala dengan Romiloyu yang
terkesan lugu dan apa adanya, membuat hubungan kedua tokoh tersebut menjadi
unik dan berkesan. Peran Romiloyu pada novel ini sangat berpengaruh terhadap tokoh
utama.
Kemudian yang menarik juga adalah ketika Henderson bertemu dengan
Dahfu. Banyak hal-hal yang terjadi dan perlahan mengubah cara pandang hidup
Henderson ketika bertemu dengan Dahfu. Hubungan antar keduanya menjadi sahabat
dan dari sinilah kenapa Henderson diberi gelar Raja Hujan (Sungo). Sama dengan
Romiloyu, peran Dahfu disini sangat berpengaruh dengan perkembangan tokoh
Henderson, bahkan sampai akhir cerita.
Banyak hal dan nilai-nilai filosofis yang disampaikan secara kiasan
melalui diskusi Henderson dan Dahfu. Sentuhan mistisnya pun ternyata ada di
dalam adat dan budaya tersebut, yang menjadi konflik ketika Dahfu dituduh
memelihara harimau yang reinkarnasi dari seorang penyihir, yang secara tidak langsung
Dahfu ini ingin disingkirkan dari tahta kerajaan. Konflik disini cukup menarik,
mungkin juga relevan dengan kehidupan sekarang, ketika kita dijebak dan dituduh
macam-macam oleh orang-orang yang tidak suka dengan kita.
Kilas balik cerita Henderson dengan keluarganya, lebih
menggambarkan bagaimana sosok Henderson tersebut. Kehidupannya yang digambarkan
selalu terlibat masalah, memberi kesan buruk bagi pembaca (terutama aku) kepada
tokoh Henderson ini.
Akhir dari novel ini secara keseluruhan masih tidak jelas. Apakah Henderson
ini sudah mendapatkan kepuasan spiritual yang ia rencanakan ketika datang ke
Afrika. Terutama dengan banyaknya pengalaman dan perjalanan yang ia hadapi.
Penulis disini tidak memberikan penjelasan atau keterangan mengenai tujuan
Henderson itu sudah terpenuhi atau belum, tapi akhir dari novel ini memberi
kesan optimis dan semangat. Menurutku, Henderson ini masih dalam tahap proses
mencari kepuasan spiritual.
Secara keseluruhan, tujuan dan maksud dari novel ini bisa aku
pahami. Namun, narasi dan gaya penulis dalam menuliskan ceritanya, aku kurang
bisa menikmatinya dan cepat bosan ketika membacanya. Banyak simbol dan makna
filosofis membuat aku sebagai pembaca awam, perlu waktu untuk memahami maksud
dari kalimat-kalimat atau makna-makna cerita tersebut.
My Rated: 6,7/10
***
Komentar
Posting Komentar