Judul: Minimarket yang Merepotkan
Penulis: Kim Ho-yeon
Penerjemah: Hyacinta Louisa
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: Oktober 2022
Tebal: 400 halaman ; 19 cm
ISBN: 978-623-5467-01-6
BLURB
Ada pertemuan yang mengubah hidupmu.
Dokgo adalah seorang tunawisma hilang ingatan
yang berkeliaran di Stasiun Seoul. Suatu hari ia memungut dompet seorang nenek
yang ternyata pengelola sebuah minimarket. Nenek tersebut melihat ketulusan
Dokgo dan memberinya pekerjaan di minimarket tersebut.
Di sana, Dokgo mulai berinteraksi dengan
banyak orang dan tanpa sadar mengubah jalan hidup mereka. Ada seorang gadis
yang tak tahu ingin jadi apa di masa depan. Ada seorang ibu yang tak bisa
berkomunikasi dengan anaknya. Ada pula lelaki pegawai kantoran yang merasa
rendah diri dan tak diterima oleh istri dan putri kembarnya, dan masih banyak
orang yang bertemu dengan Dokgo.
Akan tetapi, satu misteri terbesar masih
tetap tersisa; siapa sebenarnya Dokgo?
***
SEBUAH PERTEMUAN YANG MENGUBAH HIDUP SESEORANG, SOSOK DOKGO DAN MINIMARKET YANG MEREPOTKAN
Alih-alih seperti novel pada umumnya, entah
kenapa novel ini mirip seperti cerpen yang berkesinambungan. Walaupun cukup
tebal, tetapi isi ceritanya sangat ringan, yang secara umum bercerita tentang
kehidupan. Lalu dengan ceritanya yang ringan, apakah tidak ada konflik sama
sekali dan datar-datar saja?
Malahan sebaliknya, dalam setiap bab cerita
penulis memasukkan konflik seperti hubungan antara orangtua dan anak, trauma,
karier masa depan, dampak toxic relationship (family), dampak
kecanduan alkohol, sisi gelap rumah sakit, yang semuanya disampaikan secara
halus, mengalir dan mudah dipahami. Ditambah narasi penulis yang apik dan
menarik dalam bercerita, membuat proses membaca menjadi sangat nyaman.
Aku suka premis novel ini, mengenai sosok
Dokgo yang bekerja di minimarket berkat pertemuannya dengan Nyonya Yeom,
kemudian banyak bertemu orang-orang dengan ragam permasalahan, dan siapa sosok
sebenarnya Dokgo itu sendiri. Sepanjang cerita nuansa novel ini ringan, heart-warming,
pokoknya memberikan perasaan nyaman dan lega selama membacanya.
Namun ketika memasuki bab terakhir, bagiku
yang awalnya terang seketika berubah menjadi gelap dan kelam. Yaitu diungkapnya
sosok Dokgo dulu sebenarnya. Ini bisa dilihat pada bab-bab lain, penulis
menggunakan sudut pandang orang ketiga ketika bercerita. Ketika pada bab
terakhir penulis menggunakan sudut pandang orang pertama, yang memberikan
dampak emosional dan dramatis lebih kuat daripada bab-bab sebelumnya.
Tentu diakhir novelnya, kita pembaca
diberikan perasaan positif, optimis dan dicampur haru mengenai Dokgo yang
mencoba memulai kehidupannya kembali. Berkat pertemuan-pertemuannya dengan
orang lain ketika bekerja di minimarket. Dan di bab akhir itu juga, kita
melihat betapa ironinya ketika Dokgo memberikan masukan ataupun saran ke orang
lain untuk bertahan dan bangkit saat bekerja di minimarket, tetapi ia sendiri
tidak bisa melakukan apa yang ia ucapkan. Aku tidak bisa berkata terlalu
banyak, takutnya terlalu spoiler nantinya.
Aku suka perkembangan tokoh Dokgo dari awal
cerita sambil disinggung siapa sebenarnya dia. Pertemuannya dengan Nyonya Yeom,
kita diperlihatkan perangai Dokgo yang berbeda dari tunawisma pada umumnya.
Terus berlanjut dengan pertemuan-pertemuan dengan tokoh lain, yang ternyata
pertemuan itu, yang mungkin terkesan simpel dan sederhana saja, bisa membuat
kehidupan orang lain berubah dan terbantu dalam banyak hal.
Mengenai isu yang disinggung dalam novel ini
cukup beragam dalam kehidupan kita sehari-hari dan melalui isu yang diangkat
penulis tersebut, aku pikir kita bisa menjadikannya sebagai renungan dan bahan
pembelajaran dalam kehidupan. Bahwa betapa pentingnya komunikasi, pentingnya
mendengarkan, memahami dan mengetahui perasaan orang lain, dan pertemuan
sederhana yang berharga.
Kemudian di dalam novel ini, penulis berani mengangkat
sisi gelap rumah sakit. Terlepas ini adalah cerita fiksi, tapi aku pikir itu
memang bisa saja terjadi, dan bisa saja sudah menjadi rahasia umum. Walaupun
isu yang diangkat cukup berat, tapi disampaikan dengan bahasa dan narasi yang
ringan. Penulis bisa menggiring pembaca menikmati isi ceritanya. Sangat sangat
suka dah...
Sebenarnya aku agak bingung sendiri mau nulis
apa mengenai novel ini, karena saking enaknya perjalanan ceritanya yang jadi
tidak terasa selama membaca. Lagi-lagi harus aku katakan, penulis jago
menarasikan ceritanya. Membuat aku sebagai pembaca merasa terkoneksi dengan
ceritanya dan merasa relate dengan kondisi para tokoh-tokoh di dalamnya.
Walaupun latar tempat dan budaya berbeda.
Tambahan juga, mengenai penggambaran suasana
dan detail-detail lainnya aku suka. Kita pembaca diperlihatkan bagaimana isi di
dalam minimarket tersebut, seperti penggunaan mesin kasir, menyusun kembali
produk-produk yang dijual, produk yang diskon dan hampir kedaluarsa, suasana
minimarket itu sendiri, dan lain-lain.
Kemudian beberapa hal yang agak kurang
menurutku mengenai anak-anak pemabuk di bab awal yang ingin merampok
minimarket, setelah ditangkap polisi, tidak diberi kejelasan bagaimana nasib
anak-anak tersebut. Seperti diberi sanksi teguran, ditahan/dipenjara, catatan
hitam, atau apapun. Padahal apa yang yang dilakukan mereka sudah masuk kategori
kejahatan sih menurutku, tapi sayangnya itu diabaikan oleh penulis, mungkin
menjaga alur ceritanya tetap ringan.
Terus mengenai kelanjutan hubungan antara
Nyoya Yeom dengan putrinya yang semakin lama semakin renggang. Apalagi ada
keterangan bahwa putrinya minta bantuan Nyoya Yeom untuk menjaga cucunya ketika
les. Berjalannya cerita, perihal Nyonya Yeom dan putrinya tidak ada dibahas
lagi. Kesannya jadi agak ngambang. Justru yang menjadi fokus adalah putranya
yang selalu terkena penipuan tentang usaha.
Kemudian juga ada beberapa kalimat yang typo
di dalam novelnya. Yah mungkin karena cetakan pertama, tapi alangkah baiknya
untuk penerbit tetap selalu menjaga kualitas produknya yang terbaik.
Jujur, dengan ceritanya yang ringan ini,
banyak pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Yang paling ditonjolkan dan
sangat kurasakan adalah bagaimana sebuah pertemuan singkat ataupun sederhana,
bisa mengubah hidup seseorang. Sebuah pertemuan mampu memberikan perasaan lega,
haru, bersyukur, menentramkan hati, dan semacamnya.
Terakhir, ini adalah sebuah novel yang sangat
indah dan dinikmati untuk dibaca. Tentu aku ingin bahas satu per satu setiap
karakter tokoh, tapi takutnya isi review ini jadi terlalu banyak. Yang pasti
novel ini sangat recommended bagiku. Bacaan yang sangat bagus. Walaupun
cukup tebal, tapi novelnya sangat page turner. Jadi tidak terasa saat
membacanya. Really love this novel. Chef kiss....
My rated: 9/10
***
Komentar
Posting Komentar