Judul:
Bukan Maksudku Tak Menghargai Diri
Penulis:
Jun Meekyung
Penerjemah:
Hyacinta Louisa
Penerbit:
Haru
Tahun
Terbit: Februari 2022
Tebal:
246 halaman ; 19 cm
ISBN:
978-623-7351-90-0
BLURB
Umur
sudah segini, kok masih
belum
punya apa-apa?
Banyak yang mengira bahwa self-esteem atau harga diri
ditentukan dari kepemilikan kita atas tas bermerek, mobil mahal, rumah yang
besar, lulusan universitas ternama, tempat kerja dengan gaji tinggi, atau paras
yang menawan. Akhirnya, kita mati-matian berusaha mencapainya supaya mendapat
pengakuan dari orang lain. Padahal, terobsesi pada hal-hal di atas adalah
contoh self-esteem palsu yang ujungnya malah menyakiti diri kita
sendiri.
Bukan Maksudku Tak Menghargai Diri adalah jawaban yang diberikan oleh psikiater, Jun Meekyung, kepada
orang-orang dengan masalah self-esteem rendah dan terjebak dalam self-esteem
palsu. Buku ini mengupas tuntas konsep self-esteem dan tips untuk
meningkatkannya berdasarkan ilmu psikologi mutakhir dan pengalaman penulis
selama menjadi psikiater.
***
BUKAN MAKSUDKU TAK MENGHARGAI DIRI
Pernah
merasakan bahwa orang lain lebih baik daripada diri kita? Terus selalu
menganggap diri sendiri lemah. Selalu takut akan kegagalan. Mendahulukan
kebutuhan orang lain daripada diri kita sendiri. Selalu bergantung kepada orang
lain. Selalu memandang negatif diri sendiri, dan sulit mengatakan’tidak’ ketika
diminta sesuatu oleh orang lain.
Aku
yakin poin terakhir kebanyakan dari kita pasti pernah merasakannya, dan apabila
kalian pernah merasakan semua poin yang disebutkan tadi, berarti kalian memilki
self-esteem rendah. Tentu aku sendiri juga mengalami hal tersebut dan
rasanya sangat tidak nyaman. Seolah kita tidak berdaya dan selalu dipenuhi dengan
kecemasan.
Rasanya
sangat sulit untuk mengatakan ‘tidak’ ketika diminta sesuatu oleh seseorang.
Karena ada ketakutan dan kecemasan dalam benak kita dan berasumsi duluan bahwa
kalau kita menolak permintaan mereka, kita akan dianggap sebagai seseorang yang
tidak penolong, sombong, tidak tahu diri, tidak peka, tidak ada rasa
kemanusiaan, dan berbagai macam cap buruk lainnya. Akhirnya dampak yang terjadi
adalah seperti yang disebutkan di atas, munculnya perasaan negatif ke diri
sendiri, yang membuat harga diri kita jadi rendah.
Apalagi
budaya di Indonesia secara umum ada perasaan sungkan, perasaan tidak enak hati,
segan, yang sebenarnya itu bagus. Namun, itu di satu sisi menjadi bumerang yang
akhirnya membuat kita secara tidak langsung terkekang oleh budaya kita sendiri
dan ada kecemasan yang membuat kita dianggap keluar dari kebiasaan masyarakat
atau budaya.
Kemudian
bagaimana rasanya ketika harga diri kita ditentukan oleh orang lain, lingkungan
sekitar, atau tren kekinian, dan kita merasa terpaksa mengikutinya agar
dianggap eksis. Aku yakin kita semua pasti pernah mengalami tekanan tersebut. Membuat
kita terkekang dan tidak bebas, yang akhirnya kita terjebak di self-esteem palsu,
memaksakan diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain atau memenuhi standarisasi
yang ditentukan oleh orang-orang dan lingkungan sekitar.
Menentang
hal tersebut tentu ada konsekuensinya, yakni dianggap melawan arus, anti-mainstream,
pembangkang, oposisi, dan lain sebagainya. Sehingga terjadilah masalah
tentang self-esteem atau harga diri yang membuat diri kita jadi bingung,
ragu, cemas, takut, dengan perasaan diri kita sendiri.
Membaca
buku ini bagiku tidak seperti membaca buku self-improvement pada
umumnya. Dalam buku ini kita disuguhkan berbagai macam pengetahuan, konsep, dan
wawasan dengan landasan ilmu psikologi. Ditambah dengan pengalaman penulis
selama menjadi psikiater ketika menghadapi pasien-pasiennya yang berbagai macam
permasalahannya. Membuat buku ini menjadi bacaan yang sangat bagus dan penting,
terutama yang sedang mengalami naik turunnya self-esteem dalam
menghadapi berbagai macam tekanan dan masalah.
Tentu
isi buku ini cukup berat, banyak istilah-istilah akademik atau ilmiah yang mungkin
kurang familiar dan kurang terbiasa dengan istilah tersebut, tapi secara
keseluruhan, bahasannya masih bisa dipahami. Jujur aku banyak istirahat selama
membaca buku ini. Mungkin karena isinya yang agak berat, jadi cepat lelah
ketika membacanya.
Narasi
dan gaya bahasa penulis cukup enak diikuti. Setidaknya aku dapat banyak sekali
pengetahuan dan wawasan mengenai self-esteem itu sendiri, tentang ilmu
psikologinya, pengalaman penulis dan para pasiennya yang bagiku bisa jadi
referensi hidup dan pelajaran hidup bagi kita yang membacanya. Banyak hal
penting yang disampaikan dalam buku ini dan aku pikir itu sering terjadi dalam
diri kita sendiri atau lingkungan sekitar.
Beberapa
isu yang disinggung penulis sangat relevan dengan keadaan kita sekarang. Terus
konsep-konsep yang disampaikan penulis sangat menarik, seperti pengaruhnya
intelektual dan intuisi dalam self-esteem kita. Terkadang aku kagum
dengan pembahasan yang dibawakan penulis. Maksudku, inikan tema pembahasannya
cukup serius dan banyak dialami setiap orang. Penulis bisa menjelaskan apa yang
terjadi, bagaimana itu terjadi, apa yang harusnya dilakukan, secara sederhana
dan ilmiah, ditambah pengalaman penulis sendiri sebagai psikiater.
Di
buku ini bisa dirasakan bagaimana penulis mencoba memahami secara detail
keadaan kita dan permasalahan kita sebagai manusia. Ternyata permasalahan itu
bisa hadir di kalangan muda maupun tua. Oleh karenanya, penulis disini
menjelaskan dan menerangkan semuanya dengan bahasa yang ringan dan mudah
dimengerti. Sehingga bisa dinikmati oleh semua orang.
Harapannya
buku ini bisa membuka wawasan individu dan masyarakat secara luas mengenai ‘self-esteem
sebenarnya’ dan bisa menghargai dirinya sendiri maupun orang lain. Bisa
bangkit kembali dari self-esteem palsu ke self-esteem sesungguhnya.
Berani jujur dengan diri sendiri dan memaknai kebahagian kita sebenarnya.
My
rated: 7/10
***
Komentar
Posting Komentar