Judul:
Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah
Penulis:
Kwon Rabin
Penerjemah:
Dewi Ayu Ambar Rani
Penerbit:
Haru
Tahun
Terbit: Cetakan ke-2, November 2021
Tebal:
208 halaman ; 19 cm
ISBN:
978-623-7351-82-5
BLURB
“Saat
seseorang merasa dirinya berbeda, bingung, dan ketakutan ketika dihadapkan pada
situasi yang tidak biasa di lingkungan baru, secara naluriah ia akan mencari
rumah yang paling nyaman dan cocok baginya. Ia seperti siput yang hidup dengan
rumah di punggungnya untuk mempertahankan diri.”
Aku ingin
Pulang meski Sudah di Rumah merupakan sebuah esai pengembangan diri yang
ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Kwon Rabin. Dalam buku ini, Kwon Rabin
menyediakan rumah nyaman bagi pembaca untuk saling berbagi kesulitan yang
dialami ketika beranjak dewasa.
***
MEMAKNAI RUMAH, DIKSI YANG MANIS DAN INDAH, DAN TUJUAN SI PENULIS
Ada
ketertarikan tersendiri ketika membaca buku tentang self-improvement atau
self-help. Membaca buku-buku tersebut membuat kita merasa dekat dan
terwakilkan dengan pengalaman yang dibawakan oleh penulis. Perasaan terwakilkan
tersebut membuat kita sadar bahwa ternyata kita tidak sendirian mengalami hal
tersebut. Dari buku ini, kita akan diperlihatkan penulis berbagi ceritanya
mulai dari makna rumah itu sendiri, emosi yang tidak stabil, depresi, hubungan
antar manusia, dan lain-lain.
Pada
awal buku, ada kata pengantar yang disampaikan oleh dr. Jiemi Ardian,
Sp. KJ, yang sangat penting dan poin yang disampaikan beliau juga memberikan
gambaran bagaimana isi buku ini. Dari penjelasan beliau di kata pengantar,
bahwa ‘rumah’ tidak hanya diartikan sebagai bangunan, tapi bisa dimaknai
sebagai tempat aman untuk tubuh dan pikiran, dan orang-orang sekitar yang
bermakna dalam hidup kita.
Tertarik
membaca buku ini karena judulnya yang membuat aku penasaran dengan isi bukunya
dan terkesan dalam makna judulnya. Pada awal buku aku suka, karena relate dengan
yang dialami si penulis dan aku bisa memahami perasaan si penulis ketika
mengalami hal tersebut. Sayangnya, itu hanya bisa aku rasakan di awal-awal buku
saja. Selebihnya, penulis lebih banyak menceritakan pengalaman hidupnya yang terlalu
personal menurutku.
Terus
terang, aku kurang relate dengan beberapa esai buku ini dan aku kurang
nyaman ketika membacanya. Seolah aku sedang membaca curhatan seseorang yang
akhirnya aku pun merasa datar dan kosong ketika membacanya. Padahal, bukan itu
tujuan aku membaca buku ini. Syukurnya masih bisa terselamatkan dengan diksi
penulis dan ilustrasi yang bisa menjelaskan maksud tulisan penulis.
Jujur,
diksi yang dibawakan penulis di buku ini sangat manis, indah, dan tidak norak.
Kalimat-kalimat yang sebenarnya terlihat biasa saja dan sederhana, diolah
penulis menjadi sebuah kalimat yang indah dan estetik. Ilustrasinya juga aku
suka, simpel, sederhana tapi bisa menggambarkan maksud dari esai-esai penulis.
Untuk
esai-esai lainnya banyak memberikan aku semacam renungan dan referensi hidup.
Ketika membacanya, aku merasa tersindir dan ikut memikirkan kembali perihal kata-kata
si penulis. Dengan penataan dan penggunaan kata yang tepat dan manis, membuat
isi tulisan buku ini mudah tersampaikan dan merasa terkoneksi dengan si
penulis.
Membaca
buku ini entah kenapa memberi ketenangan dan menghibur buat aku. Terkesan klise
dengan ungkapan aku sebelumnya di atas, tapi jujur, tulisan Kwon Rabin sangat
bagus dan ‘ngena’ banget kata-katanya. Banyak hal penting yang disampaikan
penulis dalam buku ini. Mungkin terkesan sepele, tapi memberikan makna
tersendiri bagi pembacanya yang mengalami hidup yang berat.
Dari
buku ini penulis ingin kita sadar dan peka dengan perasaan kita sendiri ataupun
perasaan orang lain. Pentingnya mempunyai support system yang mau
mendukung dan mendengarkan keluh kesah kita. Pentingnya menjaga kesehatan
mental dan beristirahatlah ketika lelah dengan hidup, dan juga memaknai kembali
arti ‘rumah’ sebenarnya dalam kehidupan kita. Setidaknya itu poin yang ku dapat
dari membaca buku ini.
Keseluruhan
buku ini bagus dan penulis membawakan ceritanya menjadi sesuatu yang bernilai
dan bermakna. Diksi yang manis dan indah untuk dibaca, memberikan efek
tersendiri ketika membacanya. Aku harap buku ini memberikan wawasan dan
renungan bagi pembacanya, bahwa pentingnya menjaga kesehatan mental dan kita
tidak sendirian mengalami hal tersebut.
My
rated: 7/10
***
Komentar
Posting Komentar