Judul: Holy Mother
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerbit: Penerbit Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Tahun Terbit: Cetakan ke-6, Juni
2021
Tebal: 280 halaman ; 19 cm
ISBN: 978-602-53858-1-0
BLURB
Terjadi
pembunuhan mengerikan terhadap seorang anak laki-laki di kota tempat Honami
tinggal. Korban bahkan diperkosa setelah dibunuh.
Berita itu
membuat Honami mengkhawatirkan keselamatan putri satu-satunya yang dia miliki.
Pihak kepolisian bahkan tidak bisa dia percayai.
Apa yang akan
dia lakukan untuk melindungi putri tunggalnya itu?
***
ALUR CERITA, PENOKOHAN, DAN SUDUT PANDANG
Speechless dan mati rasa. Itu yang aku rasakan setelah membaca Holy Mother.
Alur cerita yang bergerak cepat dan tidak bertele-tele membuat pembaca langsung
disuguhkan menu utama dari novel ini. Sudut pandang yang digunakan di novel ini
berganti-ganti, mulai dari Honami, para polisi (Sakaguchi dan Tanizaki), dan
Makoto (antagonis). Pelaku disini diberi tahu dan kita pembaca diajak berpikir
apa tujuan Makoto jadi membunuh anak laki-laki tersebut. Pergantian sudut
pandang di beberapa bab menurutku masih jelas dan berhubungan. Tentu narasi
yang disampaikan penulis yang membuat isi cerita jadi lebih enak dibaca,
deskriptif, dan mudah dipahami.
Untuk beberapa adegan, seperti
proses pembunuhan anak laki-laki yang dilakukan Makoto sangat detail bagiku.
Mulai dari persiapannya menyiapkan berbagai macam alat, sampai ia memotong alat
kemaluan anak tersebut. Kemudian memandikannya dengan cairan pemutih pakaian,
supaya sidik jari, air liur, atau sesuatu yang kiranya bisa menjadi barang
bukti, hilang tidak ada jejak.
Kemudian adegan Honami yang
menjalani proses medis juga sangat detail. Istilah-istilah kedokteran juga
banyak dipakai saat di adegan itu yang bagiku menambah wawasan para pembaca
untuk bisa mengenal beberapa istilah-istilah medis. Untuk penokohan, di novel
ini memang paling ditekankan hanya tiga tokoh saja, Honami, para polisi
(Sakaguchi dan Tanizaki), dan Makoto. Sisanya hanya penambah dan pelengkap yang
memiliki hubungan dengan para tokoh.
Karakter Honami yang sangat
khawatir, takut berlebihan, membuat kesan untuk para pembaca bisa memahami
keadaannya yang digentayangi oleh pembunuh anak-anak. Ia berjuang
bertahun-tahun untuk dapat hamil dan memiliki anak, maka sesuatu yang wajar
kalau ia harus melindungi anak satu-satunya dengan segala cara apapun. Kalonya
para polisinya aku suka, selalu meragukan segala hal dan jangan terikut omongan
orang banyak yang akhirnya mengambil kesimpulan yang keliru. Kita pembaca
diajak berpikir juga mengenai misteri di novel ini.
Untuk karakter Makoto, kayaknya
penulis dari awal memang sengaja membuat menjadi abu-abu. Yang membuat aku agak
kebingungan sedikit karena ketidakjelasan si Makoto dan hubungannya dengan
tokoh yang lain. Tapi semua itu terjawab di akhir novel. Bahkan sifat Honami
pun juga terkuak yang itu adalah semacam siasat. Gokil lah pokoknya..
Biasanya di novel-novel lain, pelaku
biasanya ketahuan di akhir cerita. Di Holy Mother, pelaku langsung diketahui,
hanya saja belum diketahui motif pelaku kenapa melakukan pembunuh tersebut.
Jadi simpelnya, cerita di novel ini
terdiri dari tiga sudut pandang:
1.
Sudut
pandang Honami yang merawat anaknya masih balita.
2.
Sudut
pandang para polisi (Sakaguchi dan Tanizaki) yang menyelidiki kasus pembunuhan
yang dilakukan Makoto.
3.
Sudut
pandang Makoto yang masih SMA dan pelaku pembunuhan.
Setiap tokoh tersebut menceritakan
kisah dan perannya masing-masing yang akhirnya mulai mengerucut dan berhubungan
di akhir cerita nanti.
***
KASIH SEORANG IBU YANG RELA MENJADI IBLIS
Genre di novel ini adalah sesuatu
yang baru bagiku, karena Akiyoshi Rikako-sensei kayaknya tidak pernah
membawa gaya penulisan yang seperti. Berat, kelam, gelap. Kalonya bisa
dikatakan, ini seperti iya-misu (membuat para pembaca merasa tidak
nyaman setelah membacanya), tapi tidak segelap yang dikira karena akhir cerita
yang buatku itu adalah happy ending walaupun tetap ngeri juga.
Tema yang diangkat disini lumayan
berat dan gelap juga. Mulai dari pelecehan seksual sampai trauma
berkepanjangan. Penulis menggambarkan bagaimana kejadian pelecehan seksual
tersebut sangat mempengaruhi emosi pembaca. Apalagi ada salah satu tokoh
laki-laki yang sangat bikin jengkel yang terkesan playing victim. Makanya
di novel ini penulis bisa merasuki emosi para pembaca dan ikut terbawa dalam
ceritanya.
Dari pelecehan seksual ini akhirnya
timbulah trauma berkepanjangan sampai dewasa. Poin ini sangat penting karena
sangat berpengaruh dan berhubungan dengan cerita dari awal. Sebenarnya pesan
yang ingin disampaikan oleh penulis dengan mengangkat tema ini adalah adanya
ketimpangan gender terhadap pelecehan seksual. Maksudnya bagaimana?
Yang aku tangkap di novel ini, bahwa
perempuan selalu dianggap tersangka atau biang masalah terjadinya pelecehan
seksual. Misalkan, di beberapa kasus pemerkosaan, perempuan selalu dianggap
biang masalahnya karena ia yang memulai, menggoda, dan lain sebagainya. Padahal
kenyataannya tidak seperti itu. Ketumpulan hukum terhadap tersangka pemerkosaan
yang hanya diberi hukuman beberapa tahun saja. Sedangkan korban mengalami
trauma berkepanjangan dan keadaan psikisnya terganggu. Tentu ini tidak adil dan
setelah si pemerkosa keluar dari penjara, tentu ia masih ada potensi untuk
melakukan kembali aksi bejatnya yang dulu.
“Pemerkosaan
membunuh jiwa. Membunuh tubuh. Membunuh masa depan.” (Hlm. 78)
Yang akhirnya, membuat para
perempuan-perempuan diluar sana merasa ketakutan untuk keluar. Di satu sisi
takut karena predator sex masih bergentayangan, dan satu sisi lagi konstruksi
sosial yang menilai perempuan sebagai sesuatu yang ‘hina’ atau pembuat masalah.
Memang sedih untuk diakui, tapi kenyataannya seperti itu.
Makanya di novel ini, bagaimana
penulis meramu kisah-kisah yang menyinggung isu-isu sosial dan pengorbanan
seorang ibu yang menjaga anaknya dengan cara apapun, membuat aku merasa tegang
saat membacanya.
Apalagi plot twist-nya yang
aku tidak disangka-sangka. Sampai-sampai aku mengulang sedikit beberapa bab
supaya tidak ada salah baca. Plot akhirnya sangat sangat sangat gila
banget. Mungkin dari beberapa novel yang pernah aku baca, ini salah satu plot
twist tergila yang pernah aku baca. Rasanya speechless dan mati
rasa.
“Di sini juga
ada.... seorang ibu yang rela menjadi iblis untuk melindungi anaknya” (Hlm. 275)
Aku gak kepikiran bakal seperti itu plot
twist-nya bahkan mikirnya pasti biasa-biasa aja. Karena informasi-informasi
yang disampaikan penulis di bab-bab sebelumnya sangat jelas dan deskriptif.
Ternyata Akiyoshi Rikako-sensei memiliki senjata lain untuk memberikan
pukulan telak kepada para pembacanya. Kisah yang sangat tragik, gelap, kelam,
dan kasih sayang seorang ibu yang rela menjadi iblis.
Untuk covernya, kebetulan aku beli
yang cetakan baru cover berwarna putih dan aku suka banget. Perempuan yang lagi
gendong anaknya, warna yang simpel membuat enak dipandang dan estetik buat aku.
Really love it.
Terakhir, aku sangat sangat
rekomendasi banget novel Holy Mother ini. Kita pembaca disuruh ikut terjun ke
dalam kasus pembunuhan anak-anak tersebut, thriller dan misterinya
sangat bisa dirasakan, dan plot twist diakhir yang sangat gila.
Terima kasih yang sudah membaca
ulasan singkat ini. Terutama yang membaca sampai habis. Mohon maaf kalau ada
kata-kata yang menyinggung dan kurang memuaskan pembaca.
Salam penikmat buku...
My rated: 9,5/10
Menarik
BalasHapus