Judul:
Perempuan Rok Ungu
Penulis:
Imamura Natsuko
Penerjemah:
Asri Pratiwi Wulandari
Penerbit:
Haru
Tahun
Terbit: November 2023
Tebal:
120 halaman ; 19 cm
ISBN:
978-623-5467-17-7
BLURB
Di
lingkungan tempat tinggalku, ada orang yang dijuluki ‘Perempuan Rok Ungu’. Apa
pun yang dia lakukan, dia bisa menarik perhatian orang-orang. Aku ingin
berteman dengannya. Maka, aku mencoba berbagai cara untuk itu....
***
STALKER, SATIRE PERMASALAHAN
DI LINGKUNGAN KERJA, CERITA YANG ‘ANEH’ DAN MENINGGALKAN BANYAK PERTANYAAN
Aku tertarik membaca novel ini karena
halamannya yang tipis sama ini merupakan literatur Jepang. Setelah selesai
membaca novelnya, itu meninggalkan berbagai macam pertanyaan dan kebingungan di
kepalaku mengenai hal-hal yang tidak dijelaskan secara utuh oleh penulis. Entah
penulis disini membiarkan pembaca menginterpretasikan secara bebas mengenai
makna ceritanya, atau bagaimana, aku pun juga tidak tahu. Bagiku novel ini
‘aneh’, unik, satire dan absurd.
Tentu, terlepas dari kebingunganku mengenai
novel ini, beberapa poin dalam novel ini bisa aku pahami dan mengerti maksudnya
bagaimana. Aku melihat novel ini semacam sindiran (satire) terhadap
kehidupan kita sekarang ini. Misalnya, bagaimana perilaku menguntit (stalker)
yang dilakukan si tokoh utama kepada ‘perempuan rok ungu’. Bagiku itu agak creepy,
membayangkan bagaimana seseorang mengawasi setiap gerak-gerik kehidupan
kita.
Bahkan detail-detail hal yang kecil pun
dipaparkan juga. Seperti ketika ‘perempuan rok ungu’ sedang makan,
remah-remahnya yang berjatuhan, dan lain sebagainya. Dibalik perilakunya yang
menguntit, tentu ada yang melatarbelakanginya, yaitu obsesi. Dan obsesi itu
terlalu berlebihan. Ia merasakan sakit ketika objek obsesinya disakiti
seseorang, merasa marah ketika objek obsesinya diperlakukan buruk, dan sebagainya.
Seolah ada tali yang terhubung dan menjadikan
si tokoh utama seperti bayangannya ‘perempuan rok ungu’ yang siap dan rela
membantu tanpa diketahui si ‘perempuan rok ungu’. Tentu obsesi si tokoh utama
ini masih tidak ku pahami dan tidak jelas.
Apa penyebab si tokoh utama terobsesi oleh
‘perempuan rok ungu’? Sedangkan sosok ‘perempuan rok ungu’ ini dari awal sampai
akhir cerita sangat misterius. Seolah sengaja dibuat seperti itu dan
meninggalkan pertanyaan kepada pembacanya. Bahwa siapa sih ‘perempuan rok ungu’
ini?
Kita bisa melihat bagaimana si tokoh utama
disini seperti bukan tokoh utama, dan menjadikan dirinya sebagai narator yang
menceritakan kehidupan si ‘perempuan rok ungu’. Menurutku ini adalah suatu hal
yang menarik, karena kita diperlihatkan bagaimana sudut pandang si tokoh utama
sebagai narator ketika bercerita.
Kemudian dalam novel ini juga kita
diperlihatkan bagaimana penulis memberikan sindiran berupa situasi tempat
kerja, hubungan para perempuan di tempat kerja, persaingan di lingkungan kerja.
Terus betapa manipulatifnya sesama rekan kerja, saling sikut-menyikut sesama
karyawan, budaya merundung kepada pegawai baru, menyebarkan fitnah untuk
menjatuhkan seseorang, dan juga ekspektasi masyarakat terhadap hal tertentu
pada seseorang. Isu ini terasa sangat familiar dalam dunia kerja dan itu
menjadi semacam tradisi turun-temurun.
Mengenai hal itu, aku teringat ucapan bapak
ku, bahwa jangan terlalu akrab dengan rekan kerja. Sewajarnya saja dan hanya
sebatas rekan kerja saja. Karena orang yang kita anggap akrab dan dekat dengan
kita, bisa-bisa malah menusuk kita dari belakang, karena tahu kelemahan kita.
Anggap mereka itu seperti serigala yang siap menerkam ke titik lemah kita.
Kemudian ini adalah keresahanku setelah
membaca novel ini. Apa motif ‘perempuan rok ungu’ mau berkencan dengan Pak
Kepala? Apa sebenarnya tujuan dari si tokoh utama kepada ‘perempuan rok ungu’? Bagaimana
sosok ‘perempuan rok ungu’ setelah kabur di akhir cerita? Terus apa maksud dari
ending ceritanya? Apakah si tokoh utama ‘mengganti’ sosok ‘perempuan rok
ungu’? Dan juga siapa sebenarnya ‘perempuan rok ungu’ itu?
Apakah penulis memang sengaja membuat
ceritanya seperti tidak utuh? Apakah ada permainan simbol di dalamnya, untuk
menjelaskan maksud tersebut? Atau penulis sengaja membuat ceritanya terbuka?
Supaya membuat pembaca untuk menginterpretasi sendiri dan mendiskusikan maksud
dari isi ceritanya? Jujur aku masih agak kebingungan dengan cerita novelnya.
Aku bisa memahami ceritanya, tapi di saat yang sama juga aku tidak memahaminya.
Memang terkesan ironi, tapi begitulah yang kurasakan....
Hal lucu juga ada di ending-nya ketika
dialog antara si tokoh utama dengan Pak Kepala, itu membuatku ketawa. Yang
awalnya sikap Pak Kepala yang ketus dan tinggi diri, langsung melemah dan tidak
ada pilihan kecuali menyetujui kemauan si tokoh utama.
Terlepas dari itu semua, kita juga
diperlihatkan bagaimana budaya masyarakat Jepang dalam bertindak, bekerja dan
berhubungan satu sama lain. Terus penulis bisa menarasikan ceritanya dengan
apik, menarik, nyaman diikuti, mengalir, page turner, dan bisa dibaca
dalam satu kali duduk loh terus terang. Karena memang gak kerasa bacanya, dalam
artian alur ceritanya enak dan aku enjoy pas bacanya.
Terakhir, seperti yang aku bilang di awal,
novel ini ‘aneh’, unik, satire, dan absurd. Terutama yang kurasakan
dalam novel ini adalah sindirannya terhadap kehidupan kita sekarang seperti
yang kusebut di atas. Novel ini sangat terbuka dan mengundang para pembacanya
untuk diskusi lebih lanjut mengenai maksud dari ceritanya. Terlepas apakah
akunya yang tidak memahami maksud ceritanya atau bagaimana, aku berharap ada
yang mau diskusi dan menjelaskan novel ini kepada ku ^^.
My rated: 7/10
***
Komentar
Posting Komentar