Judul: Central Park
Penulis: Guillaume Musso
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penerbit: Spring
Tahun Terbit: Maret 2019
Tebal: 328 halaman ; 20 cm
ISBN: 978-602-6682-39-0
BLURB
“Namaku
Alice Schafer. Aku kapten divisi kriminal kepolisian Paris. Tadi malam
kuhabiskan waktu dengan teman-temanku di Champs-Elysees, minum-minum. Setelah
itu....”
“Namaku Gabriel Keyne dan aku
pianis Jazz. Aku tinggal di Los Angeles. Tadi malam, aku bermain musik dengan
pemain bas dan pemain saksofon-ku di Brown Sugar, sebuah klub jazz di area
Temple Bar, Dublin. Setelah itu, aku duduk di bar, lalu....”
Pagi itu mereka berdua terbangun, terborgol
pada satu sama lain. Bukan di Paris, bukan pula di Dublin, tapi di Central
Park, New York, tanpa bisa mengingat apa yang terjadi kemarin malam.... Apa
yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana mereka bisa saling terborgol?
***
NOVEL YANG DILUAR EKSPEKTASI, KEDETAILAN LATAR TEMPAT, UNSUR SUSPENSE YANG KUAT, DAN PLOT TWIST YANG TIDAK TERDUGA
Catatan, ada
beberapa spoiler sedikit dalam review ini !!!
Sebenarnya aku tidak berekspektasi tinggi mengenai
novel ini dan menganggap awalnya biasa-biasa saja. Tapi setelah membaca dan
mengikuti perjalanan ceritanya, jujur ini diluar ekspektasiku sih. Jalan
ceritanya yang bikin nagih, misterinya bikin kita pembaca menduga-duga tokoh
tertentu sebagai dalangnya, terus unsur suspense-nya sangat berasa
selama berjalannya cerita, dan plot twist-nya yang tak terduga.
Di awal cerita kita diperlihatkan keadaan
Alice dan Gabriel terborgol satu sama lain dan mulai bertanya-tanya apa yang
sebenarnya terjadi. Dengan berjalannya cerita, beberapa kali kita dilihatkan kilas
balik mengenai kehidupan dan keadaan Alice yang sangat menyedihkan dan
menyakitkan untuk membayangkan diposisinya.
Dengan diceritakan kilas balik kehidupan
Alice dan bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain —terutama dengan Gabriel—,
bisa terlihat bagaimana sosok Alice. Bagiku, sosok Alice sangat ambisius, gaya
bicara yang otoriter, dan keras kepala, yang ternyata itu menjadi malapetaka
bagi dirinya.
Jujur ketika membaca ceritanya Alice ini aku
agak kesal, apakah dia tidak sadar konsekuensi yang akan terjadi kedepannya dan
hanya mementingkan ambisinya untuk menangkap si pelaku. Dan itu berakhir dengan
dia kehilangan orang yang harusnya lahir dan hidup, dan juga kehilangan
pendamping hidup yang selalu mendukungnya. Mungkin penulis memperlihatkan
bagaimana ketika seseorang dikendalikan oleh ambisinya yang membuatnya tidak
berpikir panjang dan menerima akibat fatal.
Disisi lain, sosok Gabriel sangat
berkebalikan dengan Alice. Bisa dilihat dalam ceritanya, bagaimana Gabriel yang
terkesan lebih santai, berkepala dingin dan lebih tenang, terutama dalam
interaksi dan bernegosisasi.
Hal yang menarik perhatianku adalah
kedetailan penulis mendeskripsikan suatu tempat. Saking detailnya pada beberapa
bagian aku sempat bosan dan lelah karena terlalu banyak informasi yang dimuat
ketika membacanya. Makanya alur cerita novel ini sangat lambat dan aku pun baru
nyadar bahwa selama mengikuti cerita novelnya, itu ternyata terjadi dalam satu
hari. Tapi karena kedetailan ceritanya, seolah waktu dalam ceritanya itu sudah
berhari-hari.
Aku suka narasi penulis yang bisa menggiring
membaca untuk menebak-nebak siapa sosok dibalik keadaan Alice dan Gabriel. Pembawaan cerita yang nyaman, page turner,
dan penokohannya disampaikan dengan baik. Banyak kejutan-kejutan yang
membuat unsur suspense dalam novel ini sangat kuat, sampai di plot
twist-nya yang tidak terduga.
Melihat plot twist novel ini
mengingatkanku akan film “The Shuter Island” yang pemeran utamanya Leonardo
Dicaprio. Aku cukup terkejut bahwa plot twist-nya bakalan seperti itu.
Kita pembaca yang mulai dari awal mengikuti investigasi dan perjalanan Alice,
ternyata adalah seorang pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental. Peran
tokoh-tokoh lain, bahkan ada beberapa yang aku curigai, ternyata hanya bersandiwara
atas arahan Gabriel dan mengikuti ‘permainan’ yang dilakukan oleh Alice.
Mengenai akhir cerita novel ini bagiku cukup
menyentuh dan memperlihatkan bagaimana si Gabriel memiliki perasaan dan keteguhan
hati yang kuat untuk selalu bersama dengan Alice. Apalagi sama-sama memiliki
masa lalu yang pedih dan menyakitkan, cukup meninggalkan kesan untukku mengenai
novel ini.
Mengenai kebenaran apa yang dilakukan ayahnya
Alice itu —entah akunya lupa atau kurang teliti—, menjadi mengambang dan tidak
ada kejelasan. Jadi konflik cerita yang awalnya berfokus mengenai pembunuhan
bergeser menjadi keadaan mental Alice yang mulai terganggu karena kehilangan
orang yang ia sayangi dan mencoba melarikan diri dari kenyataan tersebut.
Terakhir, ini novel yang sangat menarik untuk
dibaca. Banyak kejutan yang dihadirkan penulis, terutama mengenai plot twist-nya,
suspense cerita yang dibawakan dengan apik, narasi dan pembawaan cerita yang
nyaman diikuti, dan ada beberapa poin-poin yang bisa diambil sebagai pelajaran,
seperti ambisius yang berlebihan dan dampak dari terganggunya kesehatan mental.
My rated: 8,5/10
***
Komentar
Posting Komentar