Judul:
Goodbye Days
Penulis:
Jeff Zentner
Penerbit:
Spring
Tahun
Terbit: Desember 2018
Tebal:
436 halaman ; 20 cm
ISBN:
978-602-6682-32-1
BLURB
Sebelumnya,
Carver memiliki segalanya; tiga sahabat, keluarga yang suportif, dan reputasi
sebagai penulis berbakat di sekolahnya.
Hari
berikutnya, gara-gara pesan singkat yang dia kirimkan, dia kehilangan ketiga
sahabatnya dalam suatu tabrakan.
Sejak
peristiwa itu, Carver tidak bisa berhenti menyalahkan diri, dan dia tidak
sendirian. Saudari kembar salah satu sahabatnya membencinya. Ayah sahabatnya
yang lain, yang seorang hakim, ingin menuntutnya.
Semua
itu hanya karena satu pesan singkat.
Akankah
dia berhasil menghadapi rasa kehilangannya? Bisakan dia memaafkan diri sendiri
dan menghadapi keluarga-keluarga sahabatnya? Atau... akankah dia dipenjara atas
perbuatannya?
***
RASA KEHILANGAN, KESEDIHAN, DAN PROSES HIDUP CARVER
Membaca
novel ini membuat aku merasakan posisi Carver saat itu. Rasa kehilangan
sahabatnya, rasa bersalah, konflik batin, trauma, dan menghadapi kenyataan
dengan penuh tekanan, mulai dari lingkungan, media, dan tidak luput juga
keluarga korban. Banyak kesedihan yang tergambarkan dalam cerita novel ini.
Hanya saja di bagian awal cerita, terlalu banyak informasi yang membuat aku
agak kesulitan mencoba mengingat seperti nama-nama tokoh, latar tempat,
konflik, dan sebagainya.
Dengan
pembukaan seperti itu, jujur aku agak males ngikutin ceritanya, dalam artian
bakal duduk lama baca terus. Makanya aku selesai baca novel ini cukup lama dari
novel yang aku baca biasanya. Walaupun lama selesainya, aku bisa menikmati
jalan ceritanya. Kesan yang di dapat cukup dalam menurutku, karena tema novel
ini kan mengenai kematian sahabatnya Carver. Dengan sudut pandang Carver, aku
yang membacanya ikut merasakan perihnya.
Apalagi
saat ia mengalami gangguan psikologi yang membuatnya merasa bersalah dan trauma
atas kematian sahabatnya. Yang aku suka pada novel ini adalah penokohannya yang
apik. Walaupun tokoh dalam novel ini lumayan banyak, tapi peran tokoh di
dalamnya terasa hidup. Misalnya peran kakak perempuan Carver yang selalu peduli
banget dengan kondisi adeknya. Peran orangtuanya juga yang selalu memberikan
bantuan moral kepada Carver. Sahabat Carver yang gokilnya gak ada otak, Dokter
yang merawat Carver dan banyak lagi. Hanya saja yang agak kurang ada pada bab keluarga
Mars karena terlalu singkat. Kurang puas aja sih. Malahan pada bab keluarga
Black yang panjang bener.
Dengan
alur maju-mundur dan lambat juga, penulis ingin pembaca untuk merasakan bagaimana
keadaan Carver setelah ditinggal sahabatnya, tekanan dari pihak keluarga
korban, dan konflik hukum mengenai Carver, apakah dianggap sebagai pembunuhan
atau tidak. Jujur mengenai konfliknya aku suka dan menarik. Ditambah pengacaranya
Carver yang bisa dibilang profesional dibidangnya, kita yang baca jadi ikut deg-degan
juga saat Carver dibawa ke kantor polisi.
Sudut
pandang yang digunakan pada novel ini adalah sudut pandang orang pertama, yang
membuat emosi dari tokoh utamanya lebih bisa dirasakan dan kita yang membaca
pun ikut merasakannya juga. Penyampaian narasi secara keseluruhan aku cukup
suka, enak dibaca dan bisa dinikmati.
Pada
beberapa bagian, jujur aku kurang terbiasa dengan selera humor di novel ini.
Terutama humor Carver dan sahabatnya, yang terkadang aku pas bacanya kurang
memahami dan ‘ngeh’ maksudnya. Gaya bercandanya jauh berbeda dengan kita yang
di Asia (secara umum). Terlebih juga penulis novelnya kan orang Barat, jadi yah
aku masih bisa memaklumi lah.
Untuk
mengenang terakhir kalinya sahabatnya, Carver mengunjungi keluarga sahabatnya
masing-masing dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan sahabatnya itu.
Pada bagian ini, setiap keluarga korban memberikan kesan tersendiri ketika
membacanya. Kesedihan, terenyuh dan merasa tersentuh yang aku rasakan ketika
Carver dan keluarga-keluarga korban saling berbagi kenangan mereka.
Mengenai
hubungan Carver dengan Jasmine (pacarnya Eli) cukup menarik disini. Dari
awalnya yang saling menolong satu sama lain dan menjadi sahabat dekat, sampai
terjadinya konflik antara mereka berdua. Hubungan mereka disini digambarkan
sangat dekat, hidup dan dinamis. Drama yang terjadi aku suka, seolah pembaca
jadi terbawa ke dalam suasana cerita. Penyelesaiannya juga menurutku cukup
bijaksana, terlebih umur mereka yang menginjak dewasa.
Untuk
bagian endingnya, lumayan terharu, dan dari situ tergambarkan bahwa Carver
sudah bisa mengikhlaskan sahabatnya untuk terakhir kalinya. Jujur aku sendiri
berat hati sebenarnya membaca bagian akhirnya. Kayak kita mengucapkan salam
perpisahan selamanya kepada seseorang yang paling kita sayangi, dan itu rasanya
kayak sakittt bener hati.
Tapi,
ini opini pribadi, dibagian akhir tidak dijelaskan bagaimana keadaan Carver
selanjutnya ketika ia menjalani semua hidupnya yang penuh dengan kesedihan dan
rasa bersalah. Aku pikir, setidaknya penulis memberikan epilog tentang Carver
yang telah melalui kenyataan yang pedih.
Mungkin
juga memang tujuan penulis mengakhiri novelnya tanpa memberikan epilog atau
cerita tambahan tentang Carver selanjutnya. Membiarkan pembaca berasumsi
bagaimana keadaan Carver setelah mengalami rasa kehilangan sahabatnya. Intinya,
secara keseluruhan novel ini isinya hampir tentang kesedihan dan kesedihan, dan
proses perjalanan hidup Carver setelah
kematian sahabatnya. Layak dibaca? Lumayan lah kalo menurutku..
My
Rated: 7/10
***
Komentar
Posting Komentar